Kemarin,
seorang rekan datang membawa oleh-oleh yang luar biasa. Oleh-olehnya memang di
luar kebiasaan. Biasanya, kalau ada yang datang dari tempat ini, pasti
bawaannya bakpia. Tau, dong, dari daerah mana? Kali ini oleh-olehnya adalah
belalang goreng. Oleh-oleh ini tepatnya berasal dari Gunung Kidul, di
Yogyakarta.
Belalang
goreng ini membawa kehebohan tersendiri bagi kami, terutama para perempuan yang
agak histeris melihat serangga berukuran besar. Saya juga termasuk yang
ikut-ikutan histeris. Apalagi, warna belalang yang sudah digoreng itu
mengingatkan pada kecoa. Hiiii….
Sesi
pemotretan belalang goreng ini tak jauh dari meja saya. Para belalang goreng
ditata cantik di atas daun bersama dengan kerupuk. Baru belakangan ketahuan,
kalau ternyata belalang goreng ini juga menimbulkan bunyi kriuk ketika dimakan.
Beberapa
orang mencoba memakannya, dan wajahnya terlihat benar-benar menikmati. Ada juga
yang hanya sekedar gaya, hanya untuk keperluan pemotretan. Akhirnya, saya pun
memutuskan untuk mencoba merasakannya. Seekor belalang kami bagi bertiga untuk
3 orang. Saya kebagian bagian tengahnya, bagian yang konon kabarnya paling
enak.
Ternyata,
rasanya benar-benar enak, lho. Rasanya hampir seperti udang kecil yang digoreng
langsung dengan kulitnya. Ditambah pula dengan bunyi kriuknya. Makin enak, deh!
Makanan ini juga dikenal sebagai makanan Yohanes Pembaptis, yang hidup di
padang gurung beribu tahun yang lalu. {ST}