Hari Rabu, 19 November 2014
adalah hari yang bersejarah bagi DKI Jakarta. Hari ini gubernur DKI Jakarta
dilantik oleh presiden. Suatu hal yang jarang terjadi. Biasanya yang melantik
gubernur adalah Menteri Dalam Negeri. Pelantikan gubernur oleh presiden ternyata
hanya terjadi 3 kali selama ini. Hanya ada 3 orang dari ratusan orang yang
pernah menjadi gubernur di Republik Indonesia.
Pelantikan Gubernur Basuki
Tjahaja Purnama yang biasa disapa Ahok itu menjadi semakin menarik karena yang
melantiknya adalah temannya sendiri. Presiden Jokowi adalah gubernur yang
digantikan oleh Ahok. Dua tahun lalu,
keduanya dilantik bersama-sama sebagai gubernur dan wakil gubernur. Bahkan
menurut Ahok, pelantikannya ini adalah keajaiban.
Pelantikan Ahok mengundang pro
dan kontra. Kontra paling hebat dari sebuah ormas yang sering berpakaian putih.
Ormas yang gemar merusak fasilitas umum ini rutin menggelar demonstrasi
menentang Ahok. Alasannya, karena Ahok bukan berasal dari suku dan agama
mayoritas. Yeah…hari gini masih ada aja ya yang mikir kaya gitu.
Saya termasuk mendukung Ahok
menjadi gubernur. Terus terang saya berharap gubernur sebelumnya dapat
melanjutkan membangun Jakarta. Bila ternyata dia berhalangan atau tidak mampu,
maka wakilnya yang harus meneruskan. Wakilnya, ya si Ahok itu.
Pembangunan dan perbaikan
Jakarta memerlukan waktu yang cukup lama, tidak bisa instan. Proses itu juga
harus selalu dijaga supaya tetap mengarah pada tujuannya, tidak menjadi lahan
korupsi bagi para pejabatnya. Saya mengapresiasi kedua orang yang pernah
berduet memimpin Jakarta itu. Mereka telah menunjukkan komitmennya dalam
beberapa tindakan.
Setelah dilantik, masih ada juga
orang-orang yang protes dengan pelantikan ini dan bertekad akan menurunkan Ahok
dari jabatannya. Entah apa yang mereka perbuat. Semoga mereka mengubah
pikirannya dan akan memakai waktunya untuk melakukan sesuatu yang lebih
berguna. {ST}