Pada sebuah tembok di Griya Anggrek,
Bogor, terpampang banyak foto orang. Mereka adalah orang-orang yang memiliki
andil besar pada dunia anggrek, terutama di Indonesia. Setelah diamati,
kebanyakan dari mereka adalah orang Eropa. Mereka juga menjadi kepala Kebun
Raya Bogor.
Saya cukup terkesan dengan kehadiran
wajah mereka di tembok itu. Mereka tidak hanya hadir di tembok itu, lo. Mereka
hadir di tempat asli tumbuhnya anggrek, di daerah tropis. Mereka juga hadir di
Indonesia, negeri yang memiliki sangat banyak jenis anggrek ini.
Anggrek adalah tumbuhan epifit yang
banyak tumbuh di daerah tropis. Indonesia adalah negeri yang kaya akan anggrek.
Bahkan jenis anggrek yang terbanyak ada di Indonesia. Bunga berkelopak 5 ini
ukurannya bermacam-macam. Ada yang sekecil kelingking, ada pula yang sebesar
telapak tangan.
Bila dibandingkan dengan bunga
lainnya, pertumbuhan anggrek dapat dikatakan sangat lamban. Perlu kesabaran
untuk menanti mekarnya bunga anggrek ini. Para penggemar anggrek harus bersabar
untuk melihat tanamannnya berbunga. Para peneliti anggrek pun harus demikian.
Mereka bahkan harus lebuh bersabar lagi.
Saya salut pada para peneliti
anggrek dari Eropa. Mereka meninggalkan negeri tempat tinggalnya untuk meneliti
anggrek ke Indonesia. Tempat tinggal yang baru ini sangat berbeda dengan daerah
asal mereka. Selain cuaca yang panas dan lembab, mereka juga harus berurusan
dengan budaya setempat yang belum tentu dapat menerima mereka dengan baik.
Saat ini, sudah banyak peneliti
anggrek dari Indonesia. Anggrek Indonesia makin terpelihara dan terjaga. Makin
banyak pula anggrek hibrida yang menambah kaya koleksi anggrek negeri ini. {ST}