Belum lama ini media diramaikan oleh
berita tentang bocah yang kegemukan. Arya, bocah berumur 10 tahun itu berat
badannya mencapai 190 kg. Tentu saja ini sangat berlebihan. Anak yang kegemukan
itu kemudian menjadi perhatian para dokter. Ia kemudian dirawat di RS Hasan
Sadikin, Bandung.
Berita tentang Arya ini dilengkapi
juga dengan fotonya. Foto anak ini tidak diburamkan sama sekali. Wajahnya dan
sosoknya yang bengkak berlipat-lipat terlihat dengan jelas. Sosoknya
mengingatkan saya pada O, anak gemuk tetangga saya. Saya merahasiakan namanya
dan hanya memberi tahu inisialnya. Terakhir bertemu dengan O, lehernya tidak
terlihat karena kegemukan.
O mulai main ke rumah tetangga sejak
berusia 8 bulan. Ia dibawa pengasuhnya untuk bergaul sampai ke rumah kami.
Keluarga kami, yang hampir semuanya penggemar anak kecil, tentu saja langsung
menerima dengan baik kedatangan anak montok yang lucu itu. Anak kecil yang gemuk
memang lucu. Pipi gelembungnya selalu menjadi sasaran cuilan tangan kami.
Makin besar, tetangga saya ini makin
gemuk. Pola makannya tak terkendali. Ia makan apa saja kapan saja ia suka.
Akhirnya badannya jadi besar sekali untuk anak seumurnya. O mengalami obesitas.
Badannya terlihat berat. Napasnya pun terdengar berat. Kondisi yang tidak sehat
untuk seorang anak.
Melihat Arya yang ada di
berita-berita, saya langsung teringat pada tetangga saya itu. Bagaimana
keadaannya sekarang? Apakah dia bisa menurunkan berat badannya? Apakah dia
mendapatkan pertolongan seperti Arya? Saya belum tahu kabarnya sekarang karena
dia sudah tak lagi menjadi tetangga saya.
Arya, bocah 10 tahun yang menjadi
berita itu, juga tidak dapat mengatur pola makannya seperti O. Orang tuanya
sepertinya tak kuasa untuk mengaturnya. Ia juga sering sekali makan mi instan.
Porsinya sesuai ukuran tubuhnya, alias banyak sekali. Arya juga tidak suka
bergerak. Selain makan, ia hanya duduk-duduk seharian.
Pada saat dalam pengawasan dokter, Arya
harus diet. Dia hanya boleh makan saat jam makan yang ditentukan dan memakan
makanan yang telah disediakan. Selain itu, dia juga harus beraktivitas supaya
badannya bergerak. Hasilnya, berat badannya turun 1,5 kg pada minggu pertama
perawatannya. Hasil yang cukup baik.
Menjelang hari pertama sekolah, Arya
kembali ke rumah. Arya sangat senang karena akan bertemu dengan teman-temannya
lagi. Ternyata dia merasa kesepian saat harus menjalani perawatan. Semoga saja
Arya dapat melanjutkan dietnya dan dapat menyesuaikan berat badannya supaya
sesuai dengan anak seumurnya.
Kegemukan sudah menjadi masalah yang
serius di dunia ini. Ada banyak orang, baik anak-anak maupun orang dewasa yang
kegemukan. Kegemukan dapat memicu banyak penyakit. Walaupun belum sampai tahap
kegemukan, saya juga sekarang ini sedang kelebihan berat badan dan berusaha
menguranginya. Perlu niat dan komitmen yang kuat supaya dapat mengurangi berat
badan.
Dalam sebuah seminar yang saya
hadiri, kegemukan juga sudah menjadi masalah di Indonesia, negara yang sedang
berkembang ini. Di sisi lain, ada pula masalah kekurangan gizi. Kekurangan gizi
ini membuat tubuh anak-anak menjadi lebih kecil daripada yang seharusnya. Ada
pula yang berakibat pada daya pikirnya. Kedua masalah yang bertentangan ini
tentunya perlu penanganan yang berbeda. Yang sudah pasti memerlukan sumber daya
yang berbeda pula. {ST}