15 Juni 2014 adalah hal yang
dinanti-nantikan oleh banyak orang. Pada hari Minggu malam akan diadakan debat
capres. Debat ini adalah yang kedua kalinya disiarkan langsung oleh TV. Debat
yang pertama, dilakukan oleh capres dan cawapres. Untuk debat kali ini, hanya
capres yang berbicara.
Tidak seperti debat pertama yang
tidak saya simak dengan baik, untuk debat kali ini saya turut mencermati
jalannya mulai dari awal sampai akhir. Saya bahkan juga mencari tahu tentang
moderatornya dari internet. Moderator di debat pertama, yang melarang penonton
bertepuk tangan itu, digantikan oleh Ahmad Erani Mustika, seorang guru besar
bidang ekonomi dari Universitas Brawijaya. Sangat cocok dengan yang diperdebatkan
kali ini, yaitu bidang ekonomi.
Lebih Santai
Menurut saya, debat kali ini lebih
santai dari sebelumnya. Kedua kandidat makin lama makin menunjukkan gaya
khasnya masing-masing. Kegugupan yang terlihat dari wajah mereka ketika menanti
tidak lagi terlihat. Kertas “contekan” juga tidak ada yang terlihat menyelip di
pakaian kedua capres ini.
Kedua capres juga bisa menggunakan
waktu yang disediakan dengan baik. Penyampaian pertanyaan dan tanggapan tidak
ada yang terlalu bertele-tele sampai harus dihentikan oleh moderator.
Kartu dan Anggaran Bocor
Kata-kata yang paling saya ingat
dari perdebatan ini adalah “kartu” dan “anggaran bocor”. Wajar saja kalau
kata-kata ini yang paling diingat. Kata-kata ini berkali-kali diucapkan oleh
masing-masing capres. Kartu oleh capres nomor 2. Anggaran bocor oleh capres
nomor 1. Khusus anggaran bocor, juga disertai dengan kutipan pernyataan ketua
KPK tentang jumlah kebocoran anggaran negara.
Ekonomi Kreatif
Salah satu hal yang paling menarik
bagi saya adalah pengembangan ekonomi kreatif. Hal yang dilontarkan oleh Pak
Jokowi ini kemungkinan adalah satu-satunya hal yang disetujui oleh Pak Prabowo
dalam debat kali itu. Pak Prabowo bahkan mengatakan kalau kali ini dia terpaksa
tidak mengikuti nasehat para penasehatnya untuk selalu menentang apa yang
dikatakan Jokowi. Entah karena anak tunggal Pak Prabowo menjadi seorang fashion designer (yang artinya bergerak
di bidnag ekonomi kreatif), atau karena dia memang sepaham untuk mengembangkan
bidang ini. Kedua capres ini bersalaman menyatakan kesetujuan di panggung debat
yang seharusnya menjadi panggung tempur itu.
Saya sendiri sudah lama mencoba
bergerak dalam bidang ekonomi kreatif. Saya pernah berusaha di bidang kerajinan
dan pemasarannya. Usaha saya ini mentok di pemasaran dan produksinya. Ketika
akhirnya saya harus membuat pilihan untuk sedikit berbelok, saya belum
meninggalkan impian untuk memiliki usaha sendiri kelak. Dengan makin besarnya
dukungan pemerintah, semoga jalan saya untuk menjadi pengusaha di bidang
kreatif menjadi terbuka.
Corong yang Biasanya Buat Panggilan
Beribadah Itu…
Ketika debat ini belum lagi selesai,
corong rumah ibadah di dekat rumah kami berbunyi. Corong yang biasanya
digunakan untuk panggilan beribadah dan berdakwah itu kali ini digunakan untuk
marah-marah dan mengeluarkan sumpah serapah. Yang dimarahi dan disumpahi adalah
salah seorang capres yang berdebat.
Saya tidak pernah keberatan
mendengar suara adzan panggilan beribadah dan juga khotbah dari dari rumah
ibadah agama lain. Tapi kalau isinya marah-marah dan sumpah serapah di malam
hari hampir tengah malam? Wah, betul-betul mengganggu pendengaran. Sumpah
serapah yang kemungkinan besar berisi fitnah itu betul-betul tidak menyuarakan
kedamaian. Saya rasa ini adalah penyalahgunaan fungsi pengeras suara itu. Mana
ada agama di dunia ini yang mengajarkan marah-marah, sumpah serapah dan fitnah
kaya gitu.
Saya mengatasi polusi suara ini
dengan mendengarkan lagu-lagu yang ada di HP saya. Bersyukur juga saat ini HP
tidak hanya untuk menelpon dan mengirimkan pesan. Saya memutar lagu dengan
volume cukup keras sampai akhirnya jatuh tertidur.
Debat Setelah Debat
Setelah debat capres ini, masih ada
jutaan debat lanjutannya di antara pada pendukung kedua kubu. Debat ini makin
menjadi-jadi dengan adanya media sosial. Debat dilakukan terbuka dengan lawan
siapa saja yang mau meladeni. Saya termasuk orang yang tidak mau meladeni debat
seperti ini.
Saya juga tidak bersedia mendengar
debat orang-orang lain yang disiarkan TV dengan bahasan debat capres ini.
Apalagi kalau orang yang memberikan pendapat itu tidak kompeten di bidang yang
diperdebatkan, dalam hal ini bidang ekonomi, wah itu waktunya menngganti chanel
TV. Saya juga biasanya diam-diam menjauh kalau ada kumpulan yang biasanya
rukun, aman, dan damai, tiba-tiba saling bersitegang dalam debat memperdebatkan
debat capres.
Masih akan ada 3 debat lagi sebelum
pemilu tanggal 9 Juli 2014. Semoga debat-debat yang akan diadakan itu bisa
membuat lebih jelas visi dan misi pasangan capres dan cawapres yang akan
bertanding itu. Semoga juga rakyat Indonesia cukup bijak dan tetap saling
menghormati orang yang berbeda pendapat dengannya. Semoga selalu ada damai di
negeri ini. {ST}