Memiliki
dapur kayu adalah salah satu impian ibu saya bila memiliki rumah sendiri.
Impiannya ini sudah tercapai. Mamah memiliki dapur kayu di rumahnya di
Palangkarya. Dapur kayu ini bukanlah dapur yang terbuat dari kayu, tapi dapur
dengan bahan bakar kayu. Kayu bakar tepatnya.
Memasak
dengan kayu bakar sebenarnya jauh lebih kuno dibandingkan dengan cara memasak
yang digunakan sekarang. Sekarang, dapur-dapur kebanyakan orang menggunakan
kompor gas. Kompor minyak tanah juga sudah mulai tergusur. Penggusuran itu
bahkan didukung juga dengan kebijakan pemerintah.
Memasak
menggunakan kayu konon kabarnya akan menghasilkan makanan yang lebih enak.
Entah ini hanya sugesti atau memang fakta, yang jelas menurut pantauan lidah
saya makanan yang dimasak dengan kayu memang rasanya lebih enak.
Kayu
yang digunakan sebagai bahan bakar akan berubah menjadi abu. Ini adalah salah
satu yang cukup merepotkan. Abu yang kering akan terbang bila terkena sentuhan.
Abu kadang-kadang juga bersama dengan jelaga berwarna hitam. Jelaga ini kalau
menempel di kulit, agak susah dibersihkan.
Dapur
kayu juga menghasilkan asap yang lebih banyak dibandingkan dengan kompor gas.
Asapnya terbang mengikuti arah angin. Agak merepotkan kalau anginnya bertiup ke
arah jemuran. Pakaian yang dijemur juga menjadi bau asap.
Salah
satu kelebihan lain memasak dengan bahan bakar kayu adalah panasnya api. Api
yang dihasilkan lebih panas dibandingkan dengan kompor gas atau listrik. Air
atau kuah masakan lebih cepat mendidih. Hasilnya juga lebih panas. Kompor kayu
ini cocok untuk memasak daging-daging alot supaya empuk. {ST}