Tanggal 22 April
2013 terjadi kemeriahan besar di GKI Kwitang. Terlihat beberapa perempuan
mengenakan kebaya warna merah. Mungkin sebagian orang akan menebak kalau gereja
tua ini pasti sedang merayakan hari Kartini, yang jatuh sehari sebelumnya.
Selain para
perempuan berkebaya, banyak juga yang menggunakan toga dan stola merah. Nah,
ini dia yang luar biasa. Biasanya, dalam sebuah kebaktian, hanya ada 1 orang
yang menggunakan toga, yaitu pendeta yang berkhotbah. Yang sekarang ini? Puluhan
pendeta, tua dan muda, terlihat berbaris rapi di depan pintu gereja. Mereka
sedang bersiap-siap mengikuti jalannya prosesi penahbisan seorang pendeta.
Pendeta perempuan pertama di GKI Kwitang, Pdt. Lindawati Niman.
Sebelum
dipanggil untuk melayani di GKI Kwitang, Pdt. Lindawati Niman melayani di GKI
Kebon Jati, Bandung. Beliau melayani di sana selama 17 tahun. Saat ini, Bu
Linda – panggilan akrabnya – juga adalah ibu dari 2 anak perempuan yang cantik-cantik.
Anak-anak ini, dan juga bapaknya, turut menyertai kepindahan Bu Linda ke
Jakarta, ke GKI Kwitang.
Keberadaan Pdt.
Lindawati Niman di GKI Kwitang adalah sebuah perjalanan panjang. Sudah
bertahun-tahun lamanya hal ini menjadi pergumulan jemaat GKI Kwitang. GKI
Kwitang, yang sebagian besar jemaatnya adalah perempuan, tentunya memerlukan
sosok seorang perempuan pula sebagai gembalanya. Ini bukan masalah
diskriminasi.
Tak dapat
disangkal, banyak pula pelayanan bagi perempuan yang juga memerlukan perempuan.
Misalnya saja untuk konseling. Cukup banyak perempuan yang sedang mencurahkan
perasaannya akan menangis, mulai menangis sesenggukan sampai histeris. Untuk
menenangkan, biasanya diperlukan pelukan. Nah, tidak semua pendeta dapat
memberikan pelukan hangat tanpa rasa canggung. Tentunya akan canggung bila
seorang ibu muda cantik yang sedang curhat kemudian dipeluk oleh seorang
pendeta yang dipanggil dengan sebutan “Bapak”. Itu hanya 1 contoh kecil.
Kebutuhan ini terjawab dengan adanya sosok Pdt. Lindawati Niman yang juga
memiliki keahlian di bidang pastoral.
Tim pengadaan
pendeta yang dibentuk bertahun-tahun yang lalu sudah berusaha sebaik-baiknya
untuk menjadikannya sebuah kenyataan. Usaha ini memerlukan waktu dan semangat
yang tidak sedikit. Banyak kendala menghadang ketika usaha mewujudkan ini
dilakukan. Bahkan, ada seorang anggota timnya yang tidak dapat menyaksikan
terwujudnya keberadaan pendeta perempuan di GKI Kwitang sampai akhir hayatnya.
Saya adalah
orang yang cukup beruntung, dan saya sangat bersyukur atas hal itu. Pada
pelayanan saya sebagai sekretaris majelis, saya dapat menjadi saksi penahbisan
pendeta perempuan pertama ini. Bahkan, saya juga dipercaya untuk menerima
piagam peneguhan, mewakili Majelis Jemaat GKI Kwitang. Untuk hal yang 1 ini,
saya menyiapkan diri dengan memakai kebaya. Untuk dandanan, yaa…secantik yang
saya bisa, lah. Gak pake acara nyalon, sih. Gak sempat!
Semoga
keberadaan Pdt. Linda di jemaat GKI Kwitang bisa membawa perubahan yang baik,
yang diperlukan oleh jemaat, sehingga persekutuan makin bertumbuh. Semoga Pdt.
Linda dapat cepat menyesuaikan diri dengan jemaat yang beraneka ragam ini.
{Pnt. ST}