Ana

Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Januari 2020

Pojok Baca di Bandara Soekarno Hatta


            Sebagai seorang yang suka membaca, saya selalu tertarik melihat rak buku, termasuk rak buku yang saya temukan di bandara ini. Setelah didekati, ternyata rak buku itu berisi buku-buku yang boleh dibaca dengan bebas. Semacam pojok baca atau perpustakaan gratis gitu, deh. Pojok baca ini disponsori oleh sebuah jaringan toko buku yang beberapa gerainya ada di bandara.
            Buku-buku yang ada di rak buku itu bagus-bagus dan berharga mahal. Kalau dinilai harganya, mengadakan pojok baca itu memakan biaya yang cukup mahal. Ini kesempatan bagi saya yang suka membaca. Dalam kesempatan menunggu selama satu jam itu, saya sempat membaca dan membuka-buka beberapa buku bagus. Kebanyakan bukunya tentang Indonesia.
            Seperti kebanyakan pojok baca yang berada di tempat umum, pojok baca ini tidak ada penjaganya. Pembaca yang mau membaca buku harus melayani diri sendiri, mengambil buku dari rak, membacanya di tempat duduk dekat situ, kemudian mengembalikannya lagi.
            Pada waktu itu, bandara terlihat cukup ramai karena sedang liburan akhir tahun. Namun, tidak terlalu banyak orang yang memilih menggunakan waktunya untuk membaca buku. Hanya beberapa orang saja yang membolak-balik buku. Kebanyakan lebih memilih melihat-lihat gawainya.

            Sebagai orang yang peduli dengan perkembangan literasi, saya menyambut baik adanya pojok baca ini. Semoga makin banyak orang yang suka membaca. {ST} 

Kamis, 25 Juli 2019

Saat Paket dari Gramedia.com Tiba




            Saya sudah cukup lama tahu tentang Gramedia.com, toko buku online yang dikelola oleh perusahaan toko buku yang sering saya datangi. Walaupun demikian, saya tidak terlalu tertarik untuk membeli buku lewat situs ini. Saya lebih suka datang langsung ke tokonya. Suasana toko buku ini selalu membuat saya merasa senang. Kadang-kadang saya sengaja datang ke toko buku ini untuk “cuci mata”.
            Saya akhirnya mencoba juga membeli buku dan majalah menggunakan Gramedia.com. Prosesnya hampir sama dengan toko online lainnya yaitu registrasi, memilih barang, dan membayar. Barang pesanan saya ini dalam waktu 2 hari. Cukup cepat, kok.
            Saya senang sekali saat paket kiriman saya itu datang. Saya langsung membuka dan membacanya. Membeli buku terasa lebih mudah. Namun,  anehnya saya malah merindukan cara membeli buku yang tidak mudah. Saya merindukan berjalan-jalan di toko buku dan menikmati pemandangannya sebelum memutuskan untuk membeli buku. {ST}

Senin, 15 Juli 2019

Buku: Creative Writing, Tips dan Strategi Menulis Cerpen dan Novel




            Saya langsung mengambil buku ini saat melihatnya di rak perpustakaan. Sebagai seorang yang suka menulis dan bercita-cita menulis novel, saya merasa perlu membaca buku ini. Buku yang ditulis oleh S. Laksana ini menjadi jawaban dari keingintahuan saya.
            Banyak hal tentang menulis ada di buku ini. Pak Laksana menerangkannya dengan bahasa yang ringkas dan langsung pada intinya. Pengalamannya sebagai pengajar melengkapi tulisan itu sehingga menjadi lebih mudah dimengerti. Saya membaca buku ini dengan cepat dan mencatat beberapa tipsnya pada buku catatan saya.
            Ada beberapa hal yang sudah saya ketahui dari sekian banyak tips dan strategi yang ada di buku ini. Beberapa tipsnya bahkan ada yang sudah saya lakukan. Selama ini saya sudah memulai menulis cerita pendek dan cerita bergambar. Hanya saja saya belum pernah menulis novel.
            Buku ini merupakan panduan yang baik bagi siapa saja yang memiliki niat berkarya dalam bidang penulisan kreatif. Sepertinya buku ini cocok juga dijadikan sebagai “buku pelajaran” bagi para penulis. Saya merekomendasikan buku ini bagi siapa saya yang ingin menghasilkan karya tulis kreatif. {ST}

Sabtu, 13 April 2019

Buku: Bill Walsh, The Score Takes Care of Itself




            Saya membaca buku ini karena ada rekomendasi dari beberapa orang. Sebagai seorang yang rutin membaca buku, tentu saja saya penasaran membaca buku ini. Saya membelinya di toko buku online tetapi tidak langsung membacanya. Buku ini baru saya baca beberapa bualn setelah saya membelinya.
            Buku ini berisi tentang kehidupan dan juga filosofi kehidupan Bill Walsh yang pernah menjadi pelatih San Francisco 49ers, sebuah klub sepak bola Amerika (American football). Konon kabarnya, filosofi kehidupannya itu berguna dalam kehidupan sehari-hari.
            Membaca buku ini benar-benar menambah pengetahuan dan wawasan bagi saya. Sejujurnya saya tidak tahu sama sekali tentang aturan permainan american football. Football ala Amerika ini berbeda sekali dengan sepak bola yang biasanya saya lihat. Saya bahkan kurang paham apa peran para pemain di pertandingan ini.
            Buku ini menjelaskan tentang pandangan dan juga pengalaman Bill Walsh dalam memimpin timnya. Tim yang dulunya tidak dipandang karena tidak pernah juara, berubah menjadi juara Super Bowl beberapa kali. Tentunya hasil ini perlu usaha, tenaga, dan juga strategi. Di sinilah kepemimpinannya diuji.
            Ada beberapa hal yang cukup berkesan bagi saya dari filosofi kehidupan Bill Walsh ini, antara lain caranya memperlakukan anggota timnya. Ia memperlakukan mereka semua sebagai manusia. Yang menariknya, Bill Walsh tetap menjaga jarak dengan timnya itu. Tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat juga.
            Dalam kesehariannya, Bill Walsh berpenampilan rapi. Ia juga menetapkan standard tinggi dalam etos kerja yang harus diikuti oleh seluruh timnya. Etos kerja yang baik inilah yang menurutnya menghasilkan score yang baik. The score takes care of itself. {ST}

Senin, 11 Maret 2019

Buku: Rahasia Salinem




            Buku Rahasia Salinem ini saya kenal dari linimasa Twitter. Sampul buku ini berkeliaran hampir setiap hari di awal tahun 2019 ini. Ceritanya sendiri awalnya disajikan dalam versi online dalam jangka waktu tertentu. Rupanya banyak orang yang membacanya kemudian membagikan kesannya di linimasa Twitter. Banyak pembacanya yang mengaku sebagai “cucunya Mbah Nem”.
            Saya yang awalnya tidak terlalu memberi perhatian, lama-lama jadi ikut menyimak. Saya akhirnya memutuskan untuk memesan buku Rahasia Salinem versi cetak karena saya juga memang lebih suka membaca buku dalam bentuk cetakan. Buku cetak ini dilengkapi juga dengan tanda tangan kedua penulisnya. Akhirnya di buku itu ada 3 buah tanda tangan. Yang satu lagi tanda tangan pemiliknya yang baru, inisialnya ST.
            Cerita yang diawali dengan wafatnya Mbah Nem itu membuka kisah lama dari perempuan tua yang dicintai oleh keluarganya itu. Keluarga yang selama ini tinggal bersamanya ternyata bukanlah keluarga kandungnya. Salinem mencintai keluarga itu dengan sepenuh hati, bahkan dapat dikatakan mengorbankan dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh banyak pembaca lain, cinta Salinem memang bukan cinta biasa.
            Saya membaca buku ini hanya dalam waktu 2 hari. Ceritanya mengalir dan mudah dicerna. Ceritanya yang membuat penasaran membuat saya tidak meletakkan buku ini selama beberapa jam. Selain membacanya di rumah, saya juga membawanya dalam tas saya dalam perjalanan. Saya membaca buku ini saat sedang terjebak kemacetan di jalanan Jakarta. Sampai-sampai rasanya agak menyesal saat pengemudi mobil yang saya tumpangi menyampaikan kabar kalau sudah sampai di tujuan. Yang artinya saya harus menghentikan sementara kegiatan membaca buku Rahasia Salinem.
Merasa Terhubung
            Saya merasa terhubung dengan cerita Mbah Salinem ini. Sejak sebelum membacanya, saya sudah membayangkan kalau Mbah Nem adalah seorang perempuan tua berpakaian kebaya dan kain panjang, khas embah-embah di daerah Jawa Tengah. Ternyata memang seperti itulah deskripsi Mbah Salinem. Sosok perempuan ini mengingatkan saya pada Mbah Jo. Seperti Mbah Nem, Mbah Jo adalah orang yang membantu keluarga kami selama bertahun-tahun dan sudah kami anggap sebagai keluarga sendiri.
            Keterkaitan dengan cerita ini semakin kuat saat selesai membacanya. Kesamaan Mbah Nem dan Mbah Jo tidak hanya pada statusnya yang bukan keluarga tetapi dianggap sebagai keluarga. Almarhumah Mbah Jo juga kehilangan pasangannya tak lama setelah kejadian tahun 1965. Mbah Jo kehilangan suaminya yang saat itu dinyatakan hilang atau “dihilangkan”.
            Jo sendiri sebenarnya adalah nama suaminya itu. Namanya Arjo …. (saya lupa nama lengkapnya). Saya juga tidak ingat nama asli Mbah Jo. Dia juga tidak pernah mengingat-ingat namanya dan melarang kami menyebutkannya. Katanya nama aslinyanya nama biasa seperti kebanyakan rakyat jelata.  O ya, satu lagi yang saya ingat, katanya kalau perempuan sudah bersuami, dia akan dipanggil dengan nama suaminya. Mbah Jo tidak pernah menikah lagi dan tetap menggunakan nama suaminya sampai akhir hayatnya.
            Salinem yang hidup di zaman perjuangan kemerdekaan juga mengingatkan pada nenek saya yang kami panggil dengan sebutan Eyang. Eyang juga pernah membantu perjuangan kemerdekaan bangsa kita dengan menyelundupkan senjata. Saya beruntung pernah mendengar cerita ini langsung dari Eyang. Matanya terlihat sangat bersemangat menceritakan petualangannya di hutan yang ada kutu busuknya itu. Yeah… Mungkin ada hewan-hewan lain juga, sih, yang diceritakan Eyang. Akan tetapi yang paling saya ingat kutu busuknya. Saat mendengarkan cerita itu, saya belum pernah melihat kutu busuk secara langsung.
            Seperti Salinem, Eyang juga terlibat cinta lokasi dengan seorang pejuang pembela Tanah Air. Namun, kisah Eyang tidak berakhir seperti Salinem dan Parjo. Eyang saya jadian dengan si pemuda pejuang yang tampan dan gagah itu (ini beneran, bukan sekedar lebay). Mereka punya 5 orang anak dan 14 orang cucu. Saya salah satu cucunya. Kemiripan cerita ini juga membuat saya juga merasa menjadi “cucunya Mbah Nem”.
Persahabatan
            Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Kalimat yang dikutip dari Amsal 17:17 ini sangat cocok untuk menggambarkan cerita Salinem dan Kartinah. Mereka menjadi saudara dalam kesukaran dan menaruh kasih setiap waktu.
            Selain merasa terhubung dengan kisah tokoh-tokohnya, nilai-nilai persahabatan inilah yang membuat saya sangat terkesan pada buku Rahasia Salinem. Persahabatan Salinem, Soeratmi, dan Kartinah adalah sesuatu yang sangat berharga. Apalagi pada saat itu, perbedaan kelas sangat terasa. Zaman sekarang saja masih ada, kok, yang membeda-bedakan orang berdasarkan keturunan dan juga harta bendanya. Apalagi di saat seperti itu, di mana para keturunan bangsawan sudah pasti menjadi orang yang dilayani.
            Persahabatan ketiga orang ini teruji dalam perjalanan waktu. Salinem, yang hidupnya dapat dikatakan paling menderita, dapat menghadapi segala ujian kehidupan itu bersama dengan teman-temannya. Salinem juga memberikan kekuatan dan penghiburan bagi sahabatnya yang sedang susah. Keberadaannya di dunia memberi arti pada sesamanya.
            Saat menutup halaman terakhir buku ini, saya menduga akan ada kelanjutan dari novel yang memiliki lagu latar ini. Entah berupa buku lanjutan, film, atau warung pecel seperti dalam cerita. Sepertinya saya akan terus mengikuti perkembangan Mbah Salinem bersama dengan cucu-cucunya yang lain. Saya juga merekomendasikan buku ini kepada orang-orang yang saya kenal dan kepada siapa saja yang nyasar ke blog ini. {ST}

Selasa, 13 November 2018

Membaca Ulang Buku Sam Walton



            Sam Walton, pendiri Walmart adalah salah satu panutan di dunia retail. Sejarah kehidupannya, yang dituangkan dalam sebuah buku, adalah bacaan wajib bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang perdagangan eceran atau retail. Buku itu juga pernah menjadi bacaan wajib saya bertahun-tahun yang lalu.

            Rasanya, saya pernah memiliki buku ini. Namun, saat saya cari lagi di rak buku saya, buku itu tidak ada. Saya punya rak khusus untuk tempat buku-buku tentang bisnis retail. Buku-buku penghuni rak itu tidak banyak, karena memang tidak banyak buku tentang retail yang diterbitkan. Beberapa buku lainnya, saya dapatkan dari pelatihan internal perusahaan.

            Saat saya menemukan buku Sam Walton di rak perpustakaan, saya tertarik untuk membacanya kembali. Memang ada beberapa buku yang saya putuskan untuk dibaca ulang. Kadang-kadang, saya mendapatkan hal baru dari membaca ulang buku lama.

            Membaca kisah Sam Walton mau tidak mau  mengingatkan saya kembali pada masa-masa bekerja di dunia retail. Apa yang dilakukan oleh Sam Walton dengan Walmartnya, banyak juga yang kami lakukan. Kami membuat pajangan yang penuh, kami membanting harga, dan kami membuat acara heboh. Semua untuk menarik pembeli datang ke toko kami.

            Saya juga baru bisa melihat perjuangan Sam Walton saat membangun bisnisnya. Jatuh bangun bisnisnya itu ternyata sangat memberi pengaruh baginya sebagai pengusaha. Ditambah pula dengan timnya yang makin besar. Makin banyak orang di organisasi, makin susah mengaturnya.

            Kisah Sam Walton dan perjuangannya memberikan banyak inspirasi bagi saya yang sekarang tidak lagi berporfesi di bidang perdagangan eceran. Semoga saja karya yang saya hasilkan dari membaca buku ini akan memberi pengaruh baik bagi orang yang kelak membacanya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini