Buket bunga penganten memiliki makna
lebih dari sekedar hiasan. Buket bunga yang dibawa pengantin wanita itu
biasanya dilemparkan kepada orang-orang yang datang. Katanya, nih, orang yang
mendapatkan bunga ini akan segera menyusul menikah. Hanya orang-orang yang
lajang yang boleh ikut dalam ajang perebutan buket bunga ini.
Sejak masih
SMA saya sering ikut ajang perebutan bunga ini. Bagi saya perebutan bunga itu
hanya sekedar rame-rame. Pada dasarnya saya bukanlah orang yang suka rame-rame.
Kalau lingkungannya tidak terlalu saya kenal, saya tidak akan ikut-ikutan
kecuali dipaksa. Kadang-kadang saya ikut karena keinginan sendiri, namun lebih
sering karena dipaksa oleh keluarga. Pemaksaan kehendak ini bertambah gencar
saat saya datang ke acara resepsi bersama pasangan. Akhir-akhir ini saya justru
dipaksa karena tak kunjung menikah. Saya menurut saja karena ini bukanlah hal
yang prinsip.
Saya sudah berkali-kali mendapatkan
buket bunga dalam perebutan itu. Pencapaian itu terjadi justru karena saya
tidak terlalu agresif mengejar bunga. Mata saya dapat mengikuti arah pergerakan
bunga sehingga saya dapat menduga arah jatuhnya. Saya juga dapat melangkahkan
kaki tanpa harus bertabrakan dengan orang lain dalam kerumunan. Walaupun
demikian, saya tetap senang ketika memenangkan perebutan itu. Biasanya buket
bunga ini sudah dalam keadaan compang-camping karena dilempar dan diperebutkan.
Saya belum menikah sampai saat saya
menuliskan catatan ini. Dengan demikian sudah ada bukti kalau pemenang rebutan
buket bunga tidak selalu menjadi pengantin yang berikutnya. Saya pun menjadi
tidak terlalu antusias mengikuti ajang perebutan buket bunga. Biasanya saya lebih
memilih mencicipi aneka makanan yang menjadi sajian di resepsi.
Buket bunga terakhir yang saya
dapatkan saat resepsi justru tidak dengan perebutan. Buket bunga itu diberikan
oleh seorang anak lelaki kecil berumur 2 tahun. Anak ini keponakan saya.
Sebelum memberikan buket bunga itu, dia memberikan sekuntum mawar yang
diambilnya dari dekorasi gedung. Saat dia menemukan buket bunga itu tergeletak,
dia segera mengambilnya dan memberikannya ke saya. Sepertinya anak ini adalah
anak yang romantis, memberikan bunga pada perempuan yang disukainya.
Buket bunga yang diberikan oleh
keponakan saya itu sudah tidak lagi indah. Bentuknya compang-camping. Tidak
menarik dilihat dari segala sisinya. Saya juga tidak tertarik melihatnya.
Karena itu saya meletakkan lagi bunga yang sudah diberikan itu. Tak disangka,
bocah lelaki yang lucu itu mengambilnya lagi dan memberikannya ke saya. Tidak
hanya sekali, lo. Dia melakukannya sebanyak 3 kali. Akhirnya saya pun luluh.
Saya tidak lagi meletakkan bunga itu. Saya memegangnya di tangan saya dan
akhirnya saya bawa pulang. Keponakan kecil saya itu memberikan senyuman
termanisnya ketika saya tetap membawa buket bunga itu saat kami berpisah.
Pemberian itu
cukup membuat saya terharu. Keponakan kecil saya ini cukup gigih walaupun
pemberiannya awalnya tidak dipedulikan. Dia tetap mengulanginya kembali. Buket
bunga itu kemudian saya bawa pulang sebagai tanda kegigihan seorang anak kecil
untuk mencapai tekadnya. Bentuknya, sih, amburadul. Tuh, lihat aja fotonya. {ST}