Betang,
rumah asli penduduk Kalimantan selalu dibangun lebih tinggi dari permukaan
tanah. Tidak hanya lebih tinggi beberapa centi meter, tapi sampai
bermeter-meter. Beberapa rumah bahkan tingginya 3-4 meter. Dan, ini baru tinggi
lantai dasarnya. Bayangkan saja tinggi atapnya.
Ketinggian
itu ditopang oleh banyak tiang di bawah rumahnya. Tiang-tiang ini biasanya
terbuat dari kayu bulat yang kuat, biasanya kayu ulin. Tiang-tiang kayu inilah
yang menahan beban rumah betang beserta penghuninya yang bisa mencapai ratusan
orang itu.
Letak
rumah tinggal yang jauh dari permukaan tanah itu, dimaksudkan untuk beberapa
tujuan. Antara lain untuk keamanan. Tidak hanya aman dari banjir ataupun
genangan air, tapi juga dari binatang-binatang liar. Kondisi Kalimantan yang
(dulunya) masih berhutan lebat itu, memang membutuhkan strategi khusus untuk
tinggal aman dan nyaman.
Di
bagian bawah rumah betang, penduduk bisa menggunakannya untuk aneka keperluan.
Kegiatan menumbuk padi, mengolah makanan, dan arena bermain bagi anak-anak
adalah kegiatan yang sering dilakukan di masa silam.
Saat
ini, sudah tidak banyak lagi orang yang membangun rumah betang sebagai tempat tinggalnya.
Rumah-rumah yang baru dibangun adalah rumah-rumah beton permanen tanpa
tiang-tiang yang tinggi. Rumah panggung apalagi untuk tinggal komunal sudah
cukup lama ditinggalkan.
Khalayak ramai
bisa melihat “tiruan” rumah betang di anjungan-anjungan Kalimantan yang ada di
TMII. Tempat ini bisa dijadikan tempat kunjungan awal sebelum berkunjung ke
tempat aslinya di Kalimantan. {ST}