Ana

Tampilkan postingan dengan label Belanja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belanja. Tampilkan semua postingan

Jumat, 16 Desember 2016

Diskon Palsu dan Kepercayaan Konsumen




            Hari belanja online nasional (Harbolnas) menarik perhatian banyak orang termasuk saya. Saya cukup sering belanja online. Saya juga pemerhati situs-situs belanja online yang ada di negeri ini. Perhatian saya itu makin besar karena perdagangan online alias e-commerce adalah bidang yang tak jauh dari pengalaman saya di bidang ritel. Saya pernah menjadi profesional di bidang ritel selama beberapa tahun.
Beberapa orang teman saya dulu ada yang akhirnya berkarya di dunia perdagangan online ini. Itu membuat saya juga ikut mengupdate informasi dan tren terkini tentang perdagangan online. Ada yang mengatakan pekerjaannya sedikit lebih ringan karena tidak harus mengelola stok barang.
Salah satu isu yang masih ada sampai sekarang adalah diskon palsu. Diskon palsu ini juga mewarnai Harbolnas pada tanggal 12-14 Desember 2016 ini. Isu diskon palsu itu menyebar dengan mudah melalui media sosial. Foto-foto screenshot ikut melengkapi itu.
Tak bisa dipungkiri memang ada beberapa peritel yang menggunakan jurus diskon palsu. Perusahaan di tempat saya bekerja dulu juga pernah menggunakan jurus ini. Harganya dinaikkan dulu, baru kemudian didiskon. Alasannya karena menentukan harga adalah hak peritel. Ada juga yang mengakui harga normal sebagai harga diskon.
Saya tidak suka dengan jurus diskon palsu itu. Mungkin karena di saat yang sama saya juga berpikir sebagai customer. Rasanya tidak adil bagi customer. Lagipula customer bukanlah orang yang bodoh. Mungkin di akan “tertipu” sekali. Selanjutnya tentunya akan lebih berhati-hati dan tidak tertipu lagi.
Jurus ini mungkin saja mengena bagi orang yang jarang berkunjung ke toko tersebut. Dengan meletakkannya di tempat strategis dan penanda harga bahwa barang itu sedang diskon kemungkinan akan menarik orang untuk datang melihatnya. Ada diskon gitu, lo. Beda halnya dengan orang yang sering berkunjung, mereka akan tahu jika ada kejanggalan pada harga itu. Ini akan menimbulkan ketidakpercayaan dari para pengunjung setia. Ketidakpercayaan itu sangat menular dan berbahaya bagi kelangsungan bisnis.
Walaupun tidak berencana untuk menghabiskan kehidupan produktif saya di perusahaan ritel itu, saya tetap berpikir panjang untuk kelanjutan bisnisnya. Saya tidak mau apa yang telah saya kerjakan selama ini hancur. Apalagi kalau sampai hancur karena ketidakpercayaan yang sebenarnya berasal dari diri sendiri. Itu sebabnya sya hampir tidak pernah memakan jurus diskon palsu. Masih banayk, kok, jurus dagang yang lain.
Diskon palsu yang terjadi pada Harbolnas di akhir tahun 2016 ini menggugah saya untuk menuliskan catatan ini. Setelah saya perhatikan, diskon palsu itu dapat dilakukan oleh merchandiser-nya atau oleh penjualnya. O ya, diskon itu juga digunakan oleh kategori produk yang sama dengan yang dulu sering melakukan jurus diskon palsu. Apesnya, isu diskon palsu itu dapat dengan cepat tersebar. Isu ini merusak nama baik peritel, bahkan juga sistem belanja berbasis online. Perbuatan itu akan merugikan banyak orang yang mencari nafkah dari bisnis ini. {ST}

Sabtu, 09 Januari 2016

Rute Belanja Cewek




            Banyak yang berpendapat kalau cewek yang pergi berbelanja itu perjalanannya lebih ribet dibandingkan pria. Keribetannya bisa dilihat di gambar ini. Gambar ini saya temukan beredar bebas di media sosial. Saya mendapatkannya dari salah satu group WA.
            Pendapat itu ada benarnya bagi kebanyakan perempuan. Kadang-kadang, itu juga berlaku buat saya. Namun, sering kali, saya malah agak seperti cowok versi peta belanja yang beredar itu.
            Bila berkunjung ke toko swalayan, biasanya saya sudah tahu apa yang mau saya beli. Kadang-kadang, saya mencatatnya supaya tidak lupa. Saya juga sudah bisa menebak kira-kira di mana letak barang itu dipajang di dalam toko. Pengalaman bertahun-tahun di perusahaan retail membuat saya bisa menebak dengan mudah alur dan tata letak di toko swalayan. Saya langsung menuju ke rak pajangan, mengambil barangnya, baru kemudian berjalan-jalan.
            Rute belanja menjadi agak ruwet versi cewek kalau berkunjung ke toko buku atau dept store. Di toko buku, saya memang sering berjalan-jalan hampir ke semua bagian dan mengamati buku-buku apa saja yang ada. Di dept store, kejadian itu hanya terjadi kadang-kadang. Kalau lagi ada mood untuk “cuci mata” dan coba-coba baju, saya akan bolak-balik dan membuat rute ruwet. Selain karena ingin melihat-lihat, juga karena galau. Beli enggak, yah?
            Kalau lagi enggak mood, saya akan kembali membuat rute seperti versi cowok. Hanya perlu ke tempat barang yang saya ingin beli, setelah itu balik kanan. Kejadian ini cukup sering terjadi ketika berkunjung ke toko sepatu bersama adik saya. Setelah melihat-lihat rak sepatu dan tidak ada yang saya minati, saya akan segera keluar dari toko. Di depan toko, biasanya saya akan bertemu dengan beberapa cowok yang sedang menunggu dengan wajah bosan. {ST}

Selasa, 27 Oktober 2015

Makanan Jepang Murah di Aeon Mall




            Sudah lama saya ingin berkunjung ke Aeon Mall. Selain karena penasaran ingin mengunjungi tempat baru, saya juga mau bertemu dengan teman saya yang menjadi manajer di perusahaan retail yang berasal dari Jepang ini. Namun, kesempatan untuk ke sana belum kunjung tiba. Alasannya karena belum ada waktu yang pas dan lokasinya yang super jauh dari tempat saya berkegiatan biasanya.
            Kesempatan itu datang bersamaan dengan adanya acara Kidsfest 2015. Saya ke sana bersama temanteman kantor dengan menggunakan mobil kantor. Ternyata tempatnya jauuuh sekali. Lebih jauh dari yang saya bayangkan.
            Ketika tiba di sana, pusat perbelanjaan itu belum buka. Walaupun demikian, kami tetap bisa masuk melalui pintu khusus. Saya menggunakan waktu itu untuk mengamati keadaan sekitar. Saat itu saya baru tahu, Aeon itu ternyata department store yang menempati sebagian besar pusat perbelanjaan itu.
            Pada saat beberapa toko bersiap untuk membuka pintunya, kami menuju ke depan Aeon. Dari kabar yang kami dengar, di tempat ini ada banyak makanan Jepang. Saat itu, sebagian dari kami ingin makan sushi, makanan yang dirasa cocok untuk sarapan. Kami harus menunggu beberapa saat sebelum pintu gerbang dibuka.
            Ketika memasuki area toko, saya melihat toko itu sudah ramai pengunjung. Ternyata toko itu sudah beroperasi sejak pagi hari. Ada morning market. Tokonya riuh sekali. Akses ke dalam toko melewati pintu lain, yang berbatasan langsung dengan luar ruangan.
            Saya langsung saja ke tempat pajangan makanan Jepang. Di tempat ini terpajang dengaan rapi sushi dan sashimi. Ada yang satuan, ada juga yang dalam set. Setnya ada bermacammacam, dari yang isinya hanya untuk makan 1 orang, sampai untuk 4 sampai  orang. Saya membeli 1 set yang berbahan ikan salmon. Harganya cukup murah bila dibandingkan dengan yang dijual di restoran sushi.
            Selain membeli sushi dan sahimi, saya juga membeli tempura. Kalau yang ini, walaupun rasanya enak, saya cukup menyesal. Tempura yang dijual harganya bervariasi tergantung jenisnya. Saya mengambil beberapa dari gorengan itu. Rasanya enak. Namun apa yang saya ambil itu ternyata terlalu banyak untuk perut saya yang sudah terisi sushi dan sashimi. Jadinya saya tidak sanggup menghabiskannya. Inilah yang membuat saya menyesal, bukan yang lainnya. {ST}

Jumat, 20 Maret 2015

Belanja Online Makin Mudah




            Saat ini belanja online sudah menjadi budaya. Akses internet yang makin mudah mempercepat berkembangnya budaya ini. Orang bisa mengakses internet dari telepon selulernya. Akses itu sekarang sudah bukan lagi menjadi kemewahan. Semua kalangan bisa menikmatinya.
            Saya juga sangat terbantu dengan adanya situs-situs belanja online. Untuk belanja online, saya paling sering beli tiket penerbangan dan barang elektronik. Prosesnya cukup mudah. Tinggal login, isi data, dan…selesai, deh. Untuk barang elektronik, tinggal menunggu barangnya dikirim ke rumah.
            Saya belum pernah mencoba membeli barang-barang jenis lainnya. Sekarang sudah banyak yang aneka barang, tidak hanya elektronik. Barang groseri, aneka pakaian, makanan, bahkan barang-barang yang segar juga ada. Yap, sudah ada toko online yang menjual buah, ikan dan sayuran.
            Makin mudahnya proses belanja akan membuat orang makin mudah juga menghabiskan uangnya. Di sisi lain, banyak pula orang yang diuntungkan karena pembelanjaan itu. Tentu saja yang diuntungkan adalah pihak yang menjual. Nah, ini dia yang membuat saya ngiler. Sebagai orang yang pernah mengurusi bisnis orang. Saya tahu kalau ini adalah peluang yang patut diperhitungkan. Peluang ini bahkan bisa menjadi kenyataan kalau kita mennggunakannya dengan benar. Semoga saja peluang itu juga bisa dilihat oleh orang-orang Indonesia lainnya. Semoga saja bangsa ini tidak hanya menjadi “pasar”, tempat jualan pihak asing. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini