Dalam
pemulihan kesehatan kali ini, Mamah juga harus menjalani MRI. Prosedur ini
tidak dapat dilakukan di RS tempat Mamah dirawat inap karena tidak ada alatnya.
Prosedur itu dijadwalkan pukul 18.00 WIB alias jam 6 sore. Kami direncanakan untuk
pergi menggunakan ambulans ke RS Abdi Waluyo jam 5 sore.
Ketika jam 5 sore tiba, Mamah belum
juga diberangkatkan. Ini karena beberapa keterlambatan termasuk keterlambatan
mengirimkan makanan. Mamah memang harus makan dulu sebelum MRI. Kami baru
berangkan ketika jam sudah menunjukkan angka 17.30 WIB.
Dengan kondisi Jakarta yang sering
macet tak tertebak, saya agak cemas mengingat waktunya yang sudah mepet. Mungkin
budaya terlambat di tempat Mamah dirawat inap ini sudah bisa dimaklumi, namun
di tempat lain belum tentu. Apalagi ini berkaintan dengan jadwal penggunaan alat
yang konon kabarnya sering terjadi antrian.
Ketika dimasukkan ke dalam ambulans,
Mamah memerlukan waktu lebih banyak dibandingkan dengan orang sehat yang masuk
ke mobil biasa. Makin banyak waktu yang digunakan untuk persiapan itu. Hanya
tinggal 20 menit menuju jam 6 sore.
Ketika akhirnya mobil ambulans
meninggalkan RS, saya sangat lega. Perjalanan pun lancar dan tidak ada yang
macet. Saya sangat bersyukur dan menyampaikannya ke perawat yang mendampingi
kami.
“Kalau pakai ambulans memang enggak
kena macet,” kata perawat itu.
Ternyata ambulans memang punya “kesaktian”nya
sendiri. Kalau kondisi jalan padat pun, dia bisa mendapatkan ruangan di jalan. Sirene
nguing-nguingnya akan membuat orang memberikan jalan untuk dilalui oleh
ambulans. Supir ambulans sepertinya juga sangat mengetahui dan memahami
kelebihan ini. Pak Supir beberapa kali menggunakan sirenenya ketika terlihat
ada kepadatan. Kami akhirnya tiba tepat waktu di RS tujuan. {ST}