Penerbangan komersial di Indonesia
makin berkembang. Pembangunan bandar udara di berbagai daerah dikembangkan.
Kabarnya pengembangan bandar udara ini dikelola langsung oleh pemerintah pusat.
Bangunan
terminal yang desainnya mirip ada di beberapa daerah. Bangunan terminal ini
umumnya beratap lengkung yang plafonnya sangat tinggi. Penutup atapnya
menggunakan bahan yang transparan sehingga cahaya matahari masih dapat masuk.
Ruang tunggu dibuat tanpa sekat sehingga penumpang tidak harus duduk di ruang
tertentu untuk pintu tertentu. Ruang tunggu ini dilengkapi dengan area niaga.
Pembangunan
terminal itu sepertinya tidak selalu diimbangi dengan pembangunan landas pacu.
Untuk membuat landas pacu tentunya perlu lahan yang luas. Penyediaan lahan ini
mungkin saja berbenturan dengan pihak lain. Perlu biaya besar pula untuk
pembebasan lahannya. Selain itu perlu perhitungan dan penelitian yang memakan waktu. Saya masih
ingat, dalam mata kuliah tentang lapangan terbang yang saya ikuti dulu.
Penelitian arah angin untuk membuat landas pacu perlu waktu 10 tahun.
Waktu
yang diperlukan untuk membuat landas pacu ini tentunya tidak cukup untuk
mengimbangi perkembangan penerbangan di negeri ini. Pengguna landas pacu sangat
banyak. Pesawat yang menggunakannya harus antre sebelum mendapat izin, baik
untuk tinggal landas ataupun mendarat. Di Bandara Soekarno Hatta kabarnya ada
pesawat yang menggunakan landas pacu setiap 10 menit. Dapat dibayangkan
bagaimana kerasnya kerja petugas ATC di bandara yang sibuk itu.
Saya
sendiri pernah mengalami penundaan penerbangan karena antrean penggunaan landas
pacu. Dalam penerbangan pagi itu, awak pesawat mengumumkan akan terjadi
keterlambatan tinggal landas karena banyaknya pesawat yang akan menggunakan
landas pacu. Saya dapat menyaksikannya dari kejauhan. Saya juga sempat
mengabadikannya. Terlihat ada beberapa pesawat yang mengantre di taxiway. Menanti giliran untuk dapat
tinggal landas. {ST}