Makanan khas Imlek konon akan lebih
baik kalau harganya mahal dan cara pembuatannya ribet. Makin mahal dan makin
ribet, artinya akan makin banayk rezeki yang didapat oleh orang yang memakannya
dan orang yang menyajikannya. Salah satu makanan yang membuat saya cukup
terkesan adalah abalone.
Pada saat disajikan, abalone bentuknya
mirip jamur besar yang dipotong-potong. Saya memang menduga bahwa makanan itu
adalah jamur. Teman semeja saya ada juga yang mengiranya rebung. Kami baru
sama-sama mengangguk saat tuan rumah kami, seorang pakar makanan, mengatakan
bahwa itu adalah abalone. Lebih tepatnya abalone yang umurnya sudah puluhan
tahun. Makin tua umurnya, makin baik. Karena itu mencerminkan panjang umur.
Saat itu, saya tidak tahu seperti
apakah abalone itu sebenarnya. Setelah disebutkan umurnya, saya langsung
terbayang makhluk hidup. Apakah abalone termasuk flora? Atau termasuk fauna?
Apakah berbentuk buah? Atau kayu? Ah, banyak, deh, pertanyaannya.
Abalone yang disajikan itu dipadukan
dengan sayur bersaus gurih manis. Abalone-nya sendiri rasanya tawar. Teksturnya
kenyal. Rasa makanan itu didapat dari bumbu dalam sausnya. Sambil menikmati
abalone yang nikmat itu, saya berniat untuk mencari tahu tentang makanan yang
paru pertama kali saya santap ini.
Abalone ternyata makhluk seperti
kerang yang hidup di laut. Fauna yang termasuk mollusca ini hidup di berbagai
belahan dunia, terutama yang beriklim sejuk. Abalone memang kerap dijadikan
bahan makanan. Di Jepang, abalone juga dijadikan sashimi. Di tiongkok, makanan
ini juga menjadi menu makanan. Salah satunya yang saya santap dalam acara makan
Imlek itu.
Sekarang sudah banyak orang yang
berternak abalone. Dari info yang saya baca di internet, ternak abalone yang
paling banyak berada di Australia. Australia adalah pengekspor terbesar
abalone. Mungkin suatu saat nanti saya akan berkunjung ke sana. {ST}