The 7 habits of highly effective people. Sumber: Dunamis |
Buku The 7
Habits of Highly Effective People adalah salah satu buku yang pernah saya baca.
Buku ini direkomendasikan pada kelas manager in trainee yang pernah saya
ikuti. Buku yang ditulis oleh Stephen Covey ini juga menjadi buku rekomendasi
di banyak lembaga.
Inti
dari buku ini adalah mengembangkan kebiasaan yang efektif. Ada 7 kebiasaan yang
dibahas dalam tiap babnya. Ketujuh kebiasaan itu adalah:
1.
- Jadilah proaktif.
- Mulailah dari akhir dalam pikiran.
- Dahulukan yang utama.
- Berpikir menang-menang.
- Berusaha untuk lebih dulu mengerti orang lain, baru kemudian dimengerti.
- Sinergi.
- Asah kemampuan.
Saya rasanya
pernah membaca buku ini sebanyak 2 kali. Buku itu kemudian saya berikan pada
seorang teman yang mau belajar tetapi memiliki keterbatasan. Buku ini cukup
memberi pengaruh dalam cara kerja dan kehidupan saya selama ini. Walaupun sudah
tidak lagi ingat urutan kebiasaannya, saya memang mengusahakan kebiasaan yang
ada di buku itu menjadi kebiasaan pula bagi saya. Tujuh kebiasaan yang saya
tulis berurutan di atas itu adalah hasil ngintip di internet.
Kebiasaan
yang paling sering saya lakukan adalah dahulukan yang utama. Sudah beberapa
tahun ini saya berusaha memilih melakukan yang utama, yang lebih penting.
Kebiasaan itu makin bertambah ketika saya kerap bertemu dengan orang yang
tugasnya di dunia telah selesai. Waktu yang kita miliki itu terbatas dan harus
digunakan sebaik-baiknya. Teori Pareto menambah kuatnya kebiasaan ini.
Saya juga
selalu berusaha mengasah kemampuan dengan menambah wawasan dan latihan. Itu
sebabnya saya enjoy aja dapat tugas tambahan yang sebenarnya bukan tanggung
jawab saya. Anggap saja itu sebagai pengalaman dan pelajaran baru. Saya memang
bertekad akan terus menjadi pembelajar sampai tua nanti.
Yang agak
susah adalah berusaha mengerti orang lain lebih dulu. Ini kadang-kadang menjadi
sangat susah karena tidak semua orang bisa dimengerti dengan mudah. Apalagi
cara dan jalan berpikir saya cukup berbeda dengan kebanyakan orang di sekitar
saya. Belum lagi kalau yang harus dimengerti adalah hal yang menyebalkan.
Kadang-kadang, pengertian saya hanya sampai “dia orangnya memang begitu”. Saya
tetap tidak mengerti maksud dia apa. Rasanya wajar-wajar saja kalau dia juga tidak
mengerti jalan pikiran saya.
Sampai
sekarang ini, saya masih berjuang untuk menjadi highly effective people. Perjuangan
yang belum berakhir itu diingatkan lagi oleh kiriman foto bertulisan yang
beredar di media sosial. {ST}