Setelah lebih dari 2 bulan bekerja di rumah, kantor tempat saya
bekerja tak kunjung dibuka. Menurut informasi yang saya terima, langkah ini
diambil selain untuk mencegah menyebarnya virus, juga untuk penghematan. Dengan
menutup kantor artinya biaya untuk listrik, air, dan internet juga berkurang.
Sebagian besar pekerjaan saya memang
dapat dilakukan dari luar kantor. Yang penting ada alat kerjanya dan sambungan
internet untuk koordinasi. Redaksi media anak tempat saya bekerja sudah
menyesuaikan dengan cara kerja seperti ini dan sepertinya cukup berhasil. Apa
yang kami kerjakan dapat mencapai target tanpa kendala yang berarti.
Suatu hari, atasan saya mengimbau
kami semua untuk mengambil barang-barang pribadi yang ada di kantor. Kami juga
diminta untuk membuang makanan yang kemungkinan sudah kedaluarsa atau bahkan
busuk. Untuk mencegah terjadinya perkumpulan orang, kami semua dijadwalkan
untuk datang bergantian ke kantor.
Barang milik pribadi saya yang ada
di kantor ternyata banyak juga. Kebanyakan berupa buku. Buku-buku ini
kebanyakan juga terkait dengan pekerjaan. Buku-buku itu banyak yang bisa
dijadikan referensi atau bahan pemicu ide. Saya hanya membawa pulang beberapa
di antaranya.
Harapan saya dan teman-teman, kelak kami akan
berkantor di sini lagi. Jadi beberapa barang memang sengaja kami tinggalkan.
Perlengkapan mandi, bantal, dan beberapa tas belanja saya tinggalkan di laci.
Buku-buku yang sepertinya tidak dibaca dalam waktu dekat juga saya tinggalkan.
Yang lainnya saya bawa dalam backpack
yang biasa saya gunakan untuk jalan-jalan backpacker.
{ST}