Ana

Minggu, 24 Mei 2020

Asisten Rumah Tangga Tidak Mudik Saat Lebaran 2020


            Lebaran tahun 2020 ini istimewa. Tahun ini tidak banyak orang yang mudik ke kampung halamannya. Pandemi Covid-19 yang menyebabkannya. Imbauan untuk tidak mudik ini memang sudah diserukan berbulan-bulan sebelumnya. Saya bersyukur para asisten rumah tangga kami tidak mudik.
            Asisten rumah tangga kami adalah sepasang suami istri. Saat mudik tentu saja mereka selalu bersama. Baik pergi ataupun pulangnya. Tidak bisa diatur bergiliran seperti di beberapa rumah tangga lain. Selain itu mereka memiliki kebiasaan kembali ke Jakarta tidak tepat waktu seperti yang dijanjikan. Kebiasaan yang sudah terjadi bertahun-tahun ini dimaklumi oleh ibu saya, majikan asli mereka.
            Setiap kali Lebaran datang, kami selalu menghadapi masalah yang sama. Kedua orang ini tidak tentu waktunya untuk kembali ke tempat mereka bekerja. Beberapa kali saya sempat berpikir mereka lebih baik berhenti saja. Namun, ibu saya mencegah karena sudah terbiasa dengan adanya mereka.
            Tahun 2020 ini, kedua asisten rumah tangga kami itu sebenarnya berniat untuk mudik. Kami berkali-kali berusaha mencegahnya. Saya terang-terangan memberikan semacam sogokan. Saya membeli TV layar datar dan dipasang di tempat mereka biasanya beristirahat. Saya katakan TV itu untuk menemani mereka di hari Lebaran. Kami juga membeli dan memasak menu khas lebaran seperti rendang dan opor ayam.

            Beberapa hari menjelang Lebaran, mereka mengatakan kalau tahun ini tidak mudik. Mudiknya ditunda pada bulan Juli karena bertepatan dengan acara keluarga. Saya lega mendengarnya. Semoga pada bulan Juli 2020 pandemi ini telah berlalu. Mereka dapat mudik dengan tenang tanpa gangguan. {ST}

Jumat, 15 Mei 2020

Tren Menanam Tanaman Pangan


            Setelah berbulan-bulan dipaksa untuk di rumah, banyak orang yang menanam tanaman di rumah. Selain sebagai kegiatan pengisi waktu, kegiatan ini juga untuk menambah menu makanan di rumah.
            Beberapa waktu yang lalu, saya pernah belajar tentang hidroponik. Saya tergabung dalam grup komunikasi para pegiat hidroponik ini. Mereka yang sebelumnya kurang aktif, menjadi sangat aktif di masa pandemi ini. Kegiatan ini menjadi menyenangkan dan semacam hiburan tersendiri.
            Melihat hasil panen teman-teman itu, berkali-kali saya terpicu untuk mulai menanam lagi. Niat ini belum kunjung terlaksana karena saya tidak punya bibitnya. Bibit yang pernah saya miliki sudah saya berikan kepada asik saya yang mau mencoba menanam juga.
            Menanam tanaman pangan ini tidak hanya dengan metode hidroponik. Menanam dengan menggunakan tanah pun menjadi trend. Teman-teman saya banyak yang sekarang ikut menanam tanaman pangan di halaman mereka yang sempit. Beberapa ada yang menanam menggunakan pot tanaman.

            Menanam tanaman pangan kabarnya memang disarankan oleh pemerintah. Dengan adanya tanaman pangan dan tanaman obat di rumah, kebutuhan pangan dapat dipenuhi walaupun tidak seluruhnya. Saya sendiri ikut menyambut gembira adanya trend baru ini. Menurut saya ini adalah trend baru yang ada gunanya. Selain itu pemandangan hasil panen mereka juga ikut menyegarkan mata. {ST}

Senin, 04 Mei 2020

Membaca Kabar yang Berimbang Membuat Tetap Waras

 


            Berita yang beredar saat pandemi Covid-19 ini luar biasa. Berita dari media resmi saja banyaknya sudah luar biasa. Berita dari media tak resmi lebih banyak lagi. Kebanyakan berita buruk. Ada pula berita yang ngawur tingkat tinggi (tapi masih ada orang yang percaya).

            Berita-berita menakutkan itu beredar luas tanpa batas dengan banyaknya media daring. Group WA yang saya ikuti dipenuhi oleh berita-berita seperti ini. Ironisnya, orang yang membagikan berita-berita itu sebenarnya bermaksud baik. Namun, akibatnya banyak orang yang menjadi cemas bahkan takut akibat berita tersebut.

            Sebagai orang yang bekerja di media, saya juga memantau berita perkembangan terkini. Memang banyak berita buruk terkait dengan virus Covid-19 ini. Kalau hanya membaca berita seperti itu, bisa dijamin pembacanya akan merasa cemas bahkan depresi. Seakan-akan hidup zaman sekarang ini tidak ada harapan.

            Akan tetapi, sebenarnya ada juga berita-berita baik yang membangkitkan harapan. Ada cukup banyak orang yang sembuh. Ada banyak pula aksi sosial kemanusiaan yang muncul di saat pandemi ini.

            Saya berusaha membiasakan diri membaca berita yang berimbang. Saya selalu memantau berita baik yang buruk maupun yang baik dan membangkitkan harapan. Keseimbangan ini membuat saya (rasanya) tetap waras dan dapat berkarya dengan baik.

            Berkaca dari pengalaman saya itu, saya juga menyarankan kepada orang-orang lain untuk mengonsumsi berita yang berimbang. Mungkin kita memang perlu tahu tentang berita buruk supaya tetap waspada. Akan tetapi, kita juga perlu membaca berita baik yang membangkitkan harapan.

Saya menyampaikan saran ini kepada siapa saja yang saya kenal. Saran yang menurut saya baik ini ternyata tidak selalu diterima dengan baik. Ada juga yang kurang suka. Namun, saya tidak peduli. Saya tetap menyarankan semua orang untuk mengonsumsi berita yang berimbang. {ST}

Minggu, 03 Mei 2020

Impian Membaca di Kursi Goyang

 



            Saya memiliki banyak impian. Ada yang muluk banget sampai hanya mukjizat karunia Tuhan yang dapat mewujudkannya. Ada pula yang sangat sederhana. Salah satu impian sederhana saya adalah duduk membaca dengan santai di kursi goyang. Kursi goyang itu ada di teras rumah yang sejuk disertai dengan kicauan burung.

            Impian saya itu terwujud di saat pandemi Covid-19 ini. Saya dipaksa untuk bekerja dari rumah. Nah, impian sederhana itu terwujud di rumah. Di teras rumah saya memang ada kursi goyang. Namun, saya jarang menggunakannya karena hari-hari saya biasanya selalu sibuk di luar rumah. Pada masa ini saya akhirnya memiliki kesempatan itu.

Kursi goyang berbahan kayu hitam ini menjadi salah satu tempat favorit saya di rumah. Kadang-kadang saya menyebutnya singgasana. Saya sudah pasti akan memasukkan kursi ini dalam cerita yang akan saya buat. Ceritanya belum saya buat, sih.

Saya cukup sering duduk di kursi goyang itu sambil membaca buku. Baik itu buku cetak maupun buku digital. Citan burung-burung juga menemani saya membaca dengan santai di teras tersebut. Yang kurang hanya sejuknya. Teras itu kadang-kadang tidak sejuk sama sekali, terutama saat Matahari bersinar terik. Syukurnya ada banyak tanaman hijau di halaman kami yang menambah sejuk pandangan mata. {ST}

Sabtu, 02 Mei 2020

Berjemur di Pagi Hari


            Berjemur di pagi hari adalah hal yang baik dilakukan. Kegiatan berjemur ini menjadi topik bahasan yang terkenal saat terjadi pandemi COVID-19 seperti sekarang ini. Berjemur diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kegiatan ini membantu pembentukan vitamin D dalam tubuh.
            Saya juga mencoba menyempatkan waktu untuk dapat berjemur di pagi hari. Kegiatan yang tampaknya sederhana ini ternyata tidak terlalu mudah saat dilakukan. Ada banyak tantangan. Ada kalanya saya terlambat bangun, sehingga tidak lagi mendapatkan sinar Matahari pagi. Ada pula kalanya langit mendung atau sekalian hujan turun.
            Saat berjemur di pagi hari, saya kerap kali betemu beberapa orang tetangga yang tidak saya temui sehari-harinya. Kami bertegur sapa dengan jarak aman. Kadang-kadang hanya sekedar melambaikan tangan.

            Dari banyak informasi yang beredar, berjemur pad apagi hari itu sebaiknya dilakukan pada pukul 9 atau 10, selama 15 menit. Kadang-kadang saya dapat berjemur selama 15 menit. Namun, ada pula saatnya saya tidak sanggup karena Matahari sudah terlalu terik bersinar. Setelah berjemur biasanya keringat bercucuran dengan sendirinya. Baru setelah itu saya mandi dan bersiap-siap untuk bekerja di rumah. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini