Ana

Kamis, 26 Maret 2020

Toa untuk Banjir


            Pemerintah daerah di tempat saya tinggal membuat kebijakan baru pada saat banjir, yaitu membagian alat pengeras suara ke berbagai wilayah. Alat pengeras suara ini diharapkan dapat digunakan apabila ada potensi banjir. Para petugas di wilayah tersebut akan berteriak-teriak mengingatkan warga, terutama di saat warga kebanyakan sedang tidur.
            Banyak yang menganggap kebijakan ini kurang tepat. Saya termasuk yang demikian juga. Pemerintah daerah mestinya dapat membuat kebijakan yang lebih memberdayakan rakyat untuk mencegah bencana. Misalnya dengan kebijakan untuk membuang sampah pad tempatnya, melarang kemasan plastik yang merusak lingkungan, dll.
            Membangunkan warga di saat akan terjadi banjir tidak terlalu berguna untuk kebanyakan orang. Kebanyakan orang yang pernah mengalaminya sudah otomatis waspada saat terjadi hujan lebat. Tidak perlu dibangunkan sudah bangun sendiri. Saya yang tidak mengalami banjir tetapi atap rumahnya bocor, sudah langsung waspada apabila terjadi hujan lebat.
            Dari cerita-cerita teman-teman saya, pengeras suara itu sudah mulai digunakan. Saya sendiri hampir tidak pernah mendengar ada yang berteriak-teriak mengingatkan menggunakan pengeras suara pada saat “musim banjir”. Saya baru mendengarnya saat “musim Covid-19” di bulan Maret 2020.

            Sebenarnya saya tidak menyadari kalau ada yang teriak-teriak menggunakan alat pengeras suara itu. Sekilas suaranya agak mirip dengan pedagang yang sesekali lewat di depan rumah. Pedagang roti dan tahu bulat menggunakan pengeras suara juga. Adik saya yang kemudian memberi tahu kalau itu pengumuman supaya tidak meninggalkan rumah. Semoga saja alat pengeras suara itu lebih banyak gunanya untuk kehidupan masyarakat. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini