Kartu pos turut mewarnai masa kecil
saya. Saya ingat dulu saya pernah membeli kartu pos di kantor pos. Kartu pos
itu saya gunakan untuk mengirim kuis dan sayembara di majalah anak tempat saya
bekerja sekarang ini. Walaupun tidak pernah menang, saya tetap mengirimkannya
berkali-kali.
Kartu pos yang dibeli di kantor pos
itu bagian belakangnya kosong. Nah, di bagian kosong itulah jawaban kuis
dituliskan dan kupon ditempelkan. Alamat pengirim dan alamat tujuan ada di
lembar sebaliknya. Saya makin suka dengan kartu pos saat mengetahui ada
beberapa kartu pos yang bergambar. Gambarnya keren-keren semua.
Ada masanya ketika saya suka
mengumpulkan kartu pos bergambar. Saat pergi ke daerah wisata, saya sering
membeli kartu pos. Kadang-kadang
saya juga membeli kartu pos di toko buku. Hobi mengumpulkan kartu pos ini lama-lama pudar sampai akhirnya
terlupakan. Koleksi saya tidak bertambah lagi.
Saat melihat kartu-kartu pos yang digantung
ini, saya kembali teringat pada kartu pos masa kecil saya itu. Teringat
bagaimana menempelkan prangko di sudutnya. Tentu saja teringat kembali pada
sayembara majalah Bobo yang tidak pernah saya menangkan.
Saat ini kartu pos sudah tidak
seterkenal dulu. Tidak banyak lagi orang yang memakai kartu pos untuk
komunikasi. Pesan virtual yang lebih banyak dikirimkan menggunakan media
digital. Media ini dapat memberikan pesan lebih cepat sampai di tujuan. Kartu
pos hanya dijadikan sebagai koleksi. {ST}