Di kompleks rumah saya, ada orang
yang berprofesi sebagai tukang asah pisau keliling. Saya beberapa kali
menggunakan jasanya untuk mempertajam pisau-pisau
di rumah kami. Ongkos atas jasanya tidak terlalu mahal, kok.
Pisau-pisau di rumah kami kadang-kadang menjadi tumpul karena
terlalu banyak digunakan. Untuk mempertajamnya, ibu saya selalu menyediakan
batu asah di rumah. Sejak kecil, kami sudahh tahu cara menggunakannya. Anak-anak yang masih kecil belum
boleh mengasah pisau. Baru boleh belajar mengasah pisau pada umur sekitar tahun.
Pembatasan umur itu membuat saya
cukup bangga ketika akhirnya bisa mengasah pisau sendiri. Ada masanya saya suka
mengasah pisau sambil bermain air. Pisau yang digosok-gosok di batu asah itu
sesekali memang disiram air. Suatu kali, saya mencoba mengasah pisau besar ala
Dayak yang dikenal dengan nama mandau. Ukurannya yang besar cukup menyusahkan.
Saya pun berimprovisasi dengan menggerakkan batu asahnya, bukan pisaunya.
Hasilnya jari saya malah terluka.
Pengalaman itu membuat saya tidak
lagi suka mengasah pisau. Saya hanya mengasah pisau kalau sangat terpaksa.
Adanya tukang asah pisau keliling ini memudahkan saya untuk mengasah pisau
tanpa harus melakukannya sendiri. {ST}