Ana

Sabtu, 26 Desember 2020

Merayakan Natal 2020 di Rumah

 


            Natal 2020 jatuh masih dalam masa pandemi. Orang-orang di seluruh dunia masih diminta untuk tetap tinggal di rumah guna menghindari penularan virus. Saya dan keluarga pun demikian. Kami merayakan Natal di rumah saja.  

            Ada nuansa yang sangat berbeda pada malam Natal. Biasanya kami sekeluarga ke gereja bersama untuk mengikuti kebaktian atau misa. Kali ini kebaktian harus diikuti dengan menggunakan cara daring. Rasanya ada yang kurang. Orang tua saya yang tidak terbiasa mengikuti cara ini bahkan kurang bisa menyimak.     

            Hari Natal tanggal 25 Desember juga terasa berbeda. Dari tahun ke tahun, apabila kami merayakan Natal di rumah, pasti banyak kerabat yang datang. Pembatasan akibat pendemi ini membuat orang yang datang juga tidak banyak. Hanya kerabat-kerabat terdekat saja.

            Walaupun di rumah saja dan jauh dari kemeriahan biasanya, saya masih tetap bersukacita karena merayakannya bersama keluarga. Perayaan Natal yang sederhana ini justru terasa mendekati Natal pertama kalinya pada saat kelahiran Yesus Kristus. {ST}

Selasa, 13 Oktober 2020

Jaga Jarak di Bandara

 



            Setelah berbulan-bulan di rumah saja, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk dapat terbang lagi. Penerbangan pada saat pandemi ini tidak seperti biasanya. Protokol kesehatan sangat ketat diberlakukan. Tentunya hal ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi. Bandara adalah pintu gerbang beredarnya virus ini ke seluruh Bumi.

            Salah satu yang diterapkan cukup ketat adalah menjaga jarak. Ada penanda khusus di lantai yang menandakan jarak aman antar orang. Selain itu, setiap beberapa waktu ada petugas yang mengingatkan. Orang-orang yang diingatkan ada yang wajahnya kurang senang karena ditegur. Namun, akhirnya mereka tetap mengikuti.

            Saya sendiri tidak keberatan apabila ditegur karena terlalu dekat dengan orang lain. Saya dapat memahami kebijakan jaga jarak untuk keamanan dan kenyamanan bersama. Sejujurnya saya juga merasa lebih nyaman karena ada jarak dengan orang lain yang tidak dikenal, dengan atau tanpa pandemi. {ST}

Minggu, 11 Oktober 2020

Pertama Kali Rapid Test Covid-19

 


            Pandemi Covid-19 tak kunjung berakhir. Sejak awal tahun 2020 sampai sekarang sudah bulan Oktober 2020, virus Covid-19 masih beredar. Kebijakan untuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah berulang kali ditetapkan di wilayah tempat saya tinggal.

            Sebagian besar masyarakat sudah pernah mengalami tes untuk mendeteksi virus ini. Ada yang atas prakarsa pemerintah. Ada pula yang mandiri karena keinginan pribadi. Saya sendiri melakukannya sebagai syarat untuk penerbangan yang akan saya lakukan di pertengahan bulan Oktober 2020.

            Saya pernah membaca berita, ada orang yang melarikan diri saat mau dites. Mungkin karena ketakutan. Saya sendiri sebenarnya agak takut juga untuk menjalani proses ini. Entah mengapa saya agak takup pada jarum suntik. Ketakutan itu membuat saya galau saat berjalan menuju tempat tes di RS yang letaknya tak jauh dari rumah saya.

            Petugas laboratorium ternyata mengetahui kegugupan saya. “Mbak, baru pertama kali rapid test, ya?” tanyanya. Ia menusukkan jarum bersamaan dengan pertanyaan itu.

            Ternyata pengambilan darah itu tidak sakit-sakit amat. Prosesnya sangat cepat. Ya, namanya juga rapid test. Hasilnya keluar setelah menunggu satu jam kemudian. Saya bersyukur hasilnya non reaktif alias negatif. {ST}

Selasa, 04 Agustus 2020

Ulang Tahun di Tahun 2020


            Tanggal 4 Agustus adalah hari ulang tahun saya. Tahun 2020 ini hari spesial tersebut jatuh pada hari Selasa. Tahun ini saya tidak kemana-mana. Saya melewatkan hari ulang tahun saya di rumah. Situasi pandemi yang belum terkendali membuat saya terpaksa tinggal di rumah.
            Saya masih ingat, tahun 2019 yang lalu ulang tahun saya dirayakan dengan meriah tanpa sengaja. Saat itu bertepatan dengan acara lingkungan menginap di daerah Puncak. Acara itu membuat seakan-akan ulang tahun saya dirayakan secara meriah. Kami makan bersama. Banyak pula orang yang mendoakan saya.
            Saya juga teringat pada acara makan-makan sederhana di kantor. Di kantor kami memang ada tradisi makan-makan saat ulang tahun. Menunya tidak perlu terlalu mahal. Yang penting kumpul-kumpul serunya. Saya pernah membawa menu bakso dan nasi bakar sebagai tanda syukur ulang tahun.
            Tahun 2020 ini hal tersebut tidak dapat dilakukan lagi. Saya akhirnya mengambil keputusan untuk membeli makanan-makanan yang dijual oleh teman-teman saya para pengusaha kuliner. Dengan kehadiran makanan-makanan itu saya harap dapat mengobati kerinduan sekaligus berbagi rezeki kepada mereka.

            Satu hal lagi yang sering saya lakukan saat ulang tahun, yaitu menjelajah seorang diri ke tempat alami yang sepi. Nah, kalau yang itu tetap saya lakukan karena saya berada seorang diri di halaman yang sepi. Malamnya saya kembali menghitung berkat yang telah saya terima selama kehidupan saya di dunia ini. {ST}

Sabtu, 01 Agustus 2020

Stiker Dinding


            Belum lama ini saya membeli stiker khusus dinding. Stiker itu bergambar peta dunia. Saya membeli stiker ini karena teringat keponakan-keponakan saya yang bermukim di Jogja. Di dinding rumah mereka ada stiker yang sama. Selain karena teringat mereka, saya juga tidak terlalu suka dinding yang terlalu putih bersih. Nah, stiker itu saya tempelkan di dinding putih yang tersisa di kamar saya.

            Selain stiker peta dunia, saya juga membeli stiker bergambar pohon. Pohon besar yang berkesan teduh itu saya tempelkan tak jauh dari stiker peta dunia. Selain stiker yang sudah saya tempelkan itu masih ada beberapa stiker yang belum saya tempel. Dinding kamar saya sudah sebagian besar penuh. {ST}

Kamis, 23 Juli 2020

Nostalgia Dongeng Anak di Majalah Bobo Saat Hari Anak Nasional


            Setiap peringatan Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli, media anak tempat saya berkarya juga ikut memeriahkan. Tahun 2020 ini merupakan tahun yang spesial. Peringatan ini tidak dapat dilakukan dengan melakukan pengumpulan orang seperti yang biasa kami lakukan.
            Bagian markom kami merancang sebuah perayaan khusus yang hampir seluruh kegiatannya berupa daring. Hampir semua orang turut dilibatkan dalam acara ini termasuk saya. Saya diminta untuk membawakan acara Nostalgia Dongeng Bobo.
            Dalam kesempatan ini saya menyampaikan tentang dongeng dan cerita yang telah menjadi bagian dari majalah ini sejak pertama kali terbit pada tahun 1973. Cerita dalam majalah ini ada banyak macamnya. Ada dongeng dan cerita keseharian anak-anak. Cerita-cerita itu dibuat dengan ilustrasi yang menarik.
            Cerita di media anak ini juga mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini cerita yang ada di majalah Bobo tidak hanya dapat dilihat dalam majalah cetak. Cerita-cerita itu juga ada dalam bentuk online di website dan media sosial. Beberapa cerita itu ada juga yang dijadikan video.
            Video cerita ini juga ada beberapa macam. Ada cerita animasi, ada yang dibawakan oleh pencerita, ada yang dibuat dengan gambar menarik, dan diperankan oleh manusia. Tugas saya menyampaikan hal tersebut.
            Apa yang disampaikan ini sebenarnya sederhana saja. Saya sudah dapat membuat konsepnya hanya dalam waktu beberapa menit. Namun, tidak demikian yang terjadi apabila berhadapan dengan kamera. Saya menjadi sedikit grogi. Itu memang biasa terjadi pada saya yang memang tidak biasa berbicara di depan kamera.

            Untuk acara kali ini, kamera yang digunakan adalah kamera laptop. Ini lebih membantu saya karena saya tidak perlu melihat kamera langsung. Di layar laptop saya juga bisa membuka catatan naskah yang sudah saya buat sebelumnya. Tak disangka proses rekaman ini termasuk cepat. Lebih cepat dari dugaan saya. {ST}

Selasa, 14 Juli 2020

Tahun Ajaran Baru 13 Juli 2020


            Tahun ajaran baru di tahun 2020 ini jatuh pada tanggal 13 Juli 2020. Anak-anak yang naik kelas seharusnya masuk ke kelas barunya. Anak yang masih kelas 1 seharusnya menjadi anak baru di sekolah barunya. Dari tahun ke tahun, hari pertama tahun ajaran baru ini selalu mengundang kehebohan baik dari anak didik, orang tua, dan guru. Jalanan biasanya macet di hari yang biasanya selalu jatuh di hari Senin itu.
            Ada yang berbeda di awal tahun ajaran kali ini. Cukup banyak sekolah yang masih menetapkan belajar di rumah. Anak-anak belajar dengan cara online di rumah masing-masing. Karena itu jalanan di sekitar sekolah pun menjadi sepi. Tidak ada berita kemacetan di hari itu.
            Ada pula sekolah yang menetapkan kebijakan untuk belajar di kelas. Sekolah-sekolah itu tentunya di wilayah yang bebas dari Covid-19 atau yang dikenal sebagai zona hijau. Di sekolah-sekolah itu, kabarnya diberlakukan protokol kesehatan untuk mencegah merebaknya virus.
            Kebijakan untuk belajar tatap muka ini menimbulkan polemik. Ada yang pro, banyak yang kontra. Berita tentang ini menghiasi media massa dan media sosial. Ada orang tua yang cemas kalau anaknya harus berkumpul bersama orang lain dalam waktu yang lama. Sebaliknya ada pula orang tua yang lebih ingin anaknya untuk bersekolah saja daripada “libur” di rumah.
            Kebanyakan orang yang saya kenal belajar di rumah dengan menggunakan sistem online. Keponakan-keponakan saya juga demikian. Salah satu keponakan saya memasuki kelas 1 SD. Rupanya dia belum bisa menyesuaikan cara belajar seperti ini. Dia lebih banyak mengantuk saat belajar menatap layar gawai.
            Langkah untuk belajar online itu sepertinya memang langkah terbaik yang harus dilakukan dalam masa merebaknya virus Covid-19 ini. Semoga saja kelak mereka dapat berkumpul lagi dengan teman-teman di sekolah. Sekolah itu tidak hanya belajar, tetapi juga bersosialisasi. Kalau belajar sendiri di rumah seperti ini bagaimana caranya bersosialisasi?

Pengalaman belajar yang berbeda ini akan menjadi kenangan bagi mereka. Perjuangan untuk belajar menjadi catatan khusus dalam masa pertumbuhan mereka. Semoga saja para pelajar dapat menyesuaikan diri dengan baik. {ST}

Jumat, 10 Juli 2020

Mengamati Kehidupan di Stasiun Antariksa Internasional

 


            Sejak kecil saya penasaran dengan kehidupan di angkasa luar dan planet lain (kalau ada). Rasa penasaran saya itu membawa saya mendalami ilmu astronomi secara amatir. Minat saya itu saya bawa terus sampai saya mendapat kesempatan menjadi penulis artikel untuk anak-anak.

Rasa ingin tahu itu membuat saya selalu mencari informasi tentang kehidupan di angkasa luar termasuk mengikuti akun media sosialnya. Media sosial dapat mendekatkan yang jauh, termasuk yang hidup di angkasa luar. Saya jadi tahu dan dapat membayangkan kehidupan mereka. Kadang-kadang ada jga yang saya tulis menjadi artikel. {ST}

Rabu, 08 Juli 2020

Astronaut dari Indonesia (?)

 


            Sebagai penggemar astronomi, saya selalu mengikuti berita tentang astronaut. Saat catatan ini ditulis, ada 6 orang astronaut yang sedang bertugas di International Space Station (ISS). Selain para astronaut yang bertugas selama berbulan-bulan di ISS, ada pula astronaut yang hanya tinggal dalam waktu beberapa hari saja.

Tidak semua astronaut itu berasal dari negara yang sama. Memang, sih, kebanyakan berasal dari Amerika Serikat dan Rusia. Kedua negara adidaya ini memang telah lama mengembangkan ekspedisi antariksa. Namun, bangsa-bangsa lain juga tak mau ketinggalan. Jepang dan India adalah negara-negara Asia yang sudah mulai mengembangkan teknologi antariksa.

Tema angkasa luar dan astronaut ini tidak hanya menarik bagi saya. Dalam survey yang diadakan oleh media anak tempat saya berkarya, tema antariksa adalah salah satu yang paling diminati. Saya juga pernah menulis artikel tentang ini. Untuk dapat menulis artikel dengan baik, tentunya saya harus mencari informasi yang cukup. Ternyata untuk menjadi astronaut tidak harus belajar satu bidang ilmu tertentu. Ada astronaut yang belajar ilmu biologi, teknik, dan pilot.  Saya jadi bertanya-tanya sendiri, kapankah orang Indonesia ada yang menjadi astronaut. Apakah kelak para pembaca media anak itu ada yang menjadi astronaut mewakili bangsa kita? {ST}

Popular Posts

Isi blog ini