Ana

Minggu, 29 Desember 2019

Pasar Kahayan yang Terlihat Seperti di Luar Negeri (?)


            Pasar Kahayan terletak di tepi Sungai Kahayan di Palangkaraya. Pasar ini bukanlah satu-satunya pasar di ibu kota Kalimantan Tengah itu. Selain ini masih ada beberapa pasar di kota tempat saya dibesarkan ini. Namun, pasar ini  selalu mengesankan bagi saya.
            Sudah beberapa tahun ini bangunan Pasar Kahayan diperbarui. Pasar itu berada dalam bangunan yang plafonnya tinggi. Bagian atasnya transparan sehingga sinar Matahari menjadi penerangan alami bagi pasar ini. Kios-kiosnya ditata sesuai dengan barang dagangannya. O ya, pada awal dibangun dulu, pasar ini juga dilengkapi dengan troli seperti di pasar swalayan.
            Pada akhir tahun 2019 yang lalu, saya beberapa kali mengunjung Pasar Kahayan untuk membeli beberapa keperluan. Pada kesempatan itu, saya menyempatkan memotret Pasar Kahayan dan mengunggahnya di media sosial. Ada beberapa komentar tentang unggahan ini. Beberapa di antaranya menyangka pasar itu berada di luar negeri karena bersih dan terlihat keren.

            Melihat komentar itu, saya tidak langsung membalas. Namun, saya punya pendapat sendiri tentang hal ini. Sesuatu yang bagus dan bersih sebenarnya sudah cukup banyak di Indonesia. Dengan perlahan bangsa ini mulai memperbaiki cara hidup. Komentar tentang luar negeri membuat saya agak sedih. Seakan-akan merendahkan bangsanya sendiri. Saya jadi terpicu untuk lebih banyak membagikan informasi tentang sesuatu yang bagus dan bersih tentang Indonesia. {ST}

Sabtu, 28 Desember 2019

Pengalaman Disengat Tawon


            Akhir tahun 2019 ada banyak berita tentang orang yang disengat tawon. Entah apa yang terjadi sehingga tawon-tawon itu menyerang manusia. Kedua orang tua saya juga termasuk korbannya. Ayah saya bahkan sampai dibawa ke UGD karena banyak sekali tawon yang menyerangnya.
            Tawon yang menyerang orang tua saya itu bersarang di pohon nangka di halaman rumah kami. Sarang tawon itu kemudian dihancurkan oleh pemadam kebakaran yang memang sengaja kami panggil ke rumah. Namun, sepertinya tawon penyengat itu masih ada atau berpindah tempat.
            Tanggal 24 Desember 2019 yang lalu, saya keluar rumah untuk memotret di halaman. Saya tidak merasa khawatir akan disengat tawon karena sarangnya sudah dimusnahkan. Saya lebih khawatir dengan nyamuk. Serangga kecil yang gigitannya terasa gatal ini ada banyak sekali di halaman rumah kami.
            Selama memotret, saya tidak terlalu memberi perhatian pada serangga apa saja yang mampir di tubuh saya. Saya lebih fokus pada objek yang akan saya potret. Saya baru merasa banyaknya serangga justru setelah selesai memotret. Ada banyak bentolan di tangan saya. Yang luput dari perhatian adalah benjolan di bagian bokong saya.
            Tanpa saya sadari, ternyata ada tawon yang menyengat saya di bagian bokong. Bekas sengatannya itu membengkak besar sekali. Sakitnya tidak hanya di bagian tersebut. Sakitnya menyebar sampai ke bagian pinggang dan kaki. Sakit di bagian bengkak itu makin terasa saat tersentuh.
            Rasa sakit itu makin menjadi saat saya ikut misa di malam Natal. Orang-orang yang berdesakan membuat bagian tersebut tersentuh dan terasa sangat sakit. Saat itu saya masih belum menyadari rasa sakit itu karena sengatan tawon. Saya sempat berpikir jangan-jangan yang sakit bagian organ dalam saya, misalnya ginjal.
            Bentol bekas sengatan tawon itu akhirnya diobati menggunakan gel khusus. Saya bersyukur di rumah kami ada gel ini, sisa dari pengobatan Papah. Gel itu membuat bagian yang tersengat terasa lebih nyaman sedikit. O ya, sengatan tawon ini juga menyebabkan demam. Badan saya terasa panas dingin dan kepala saya sakit. Saya akhirnya minum parasetamol untuk menguranginya.

            Rasa sakit sengatan tawon itu sudah tidak terasa lagi keesokan harinya. Hanya di sekitar bentolnya saja. Bentol ini bertahan sampai seminggu setelah disengat. Saat menjelang sembuh, bentol itu terasa sangat gatal. Rasa gatal itu mengingatkan saya pada sakit cacar. {ST}

Jumat, 27 Desember 2019

Zebra Cross yang Terpotong


            Saya selalu mengusahakan diri untuk menyeberang jalan di tempat yang disediakan, seperti jembatan penyeberangan orang ataupun zebra cross. Itu pula yang saya lakukan saat mau menyeberangi sebuah ruas jalan di daerah Kalimantan ini.

            Sebelum melintasi zebra cross itu, saya lebih dulu memandang ke tujuannya di seberang jalan. Saya sangat terkejut karena ujungnya itu tidak ada akses untuk berjalan kaki. Zebra cross itu mentok di median jalan. Walaupun menemui keanehan itu, saya tetap menyeberang di zebra cross. {ST}

Selasa, 03 Desember 2019

Lapangan Banteng, Monumen Pembebasan Irian Barat


            Lapangan yang terletak di Jakarta Pusat ini lebih dikenal dengan nama Lapangan Banteng. Patung yang berada di tengah-tengahnya pun lebih dikenal dengan nama Patung Lapangan Banteng. Patung itu sebenarnya bernama Monumen Pembebasan Irian Barat.
            Saya sebenarnya sudah cukup lama tahu kalau patung itu ada hubungannya dengan pembebasan Irian Barat. Namun, saya tidak pernah terlalu mengingatnya. Saat menyebutkan daerah tersebut, saya menyebutnya sebagai Lapangan Banteng. Kunjungan saya ke tempat ini biasanya untuk mendatangi acara Flona, acara pameran flora dan fauna yang diadakan rutin tiap tahun.

            Saat berkunjung kembali ke tempat ini, saya menyempatkan untuk melihat-lihat monumen itu. Monumen yang sudah diperbarui ini dipenuhi dengan kutipan-kutipan bersejarah yang dibuat di dinding. Saya memotret beberapa di antaranya.

            Lapangan Banteng sendiri sebenarnya sebutan sebelum adanya monumen di situ. Dulu banget, saat Jakarta dikenal sebagai Batavia, di lapangan itu memang ada bantengnya. Penduduk sekitarnya kemudian menyebut tempat itu sebagai Lapangan Banteng. Sebutan itu tetap awet walaupun di lapangan ini sudah tidak ada bantengnya lagi. {ST}

Minggu, 01 Desember 2019

Buah Mangga Berbentuk Bunga




            Saya sangat terkesan saat melihat buah mangga yang dibentuk seperti bunga ini. Buah mangga itu dijual sebagai makanan ringan di pameran Flona, pameran tahunan yang memamerkan flora dan fauna. Bentuknya yang unik membuat banyak anak-anak antre untuk membelinya. Sepertinya mereka juga suka memakan daging buah mangga yang manis itu.
            Selain karena bentuknya yang unik, saya juga terkesan pada cara penyajiannya. Pada saat membeli, pengunjung diperbolehkan untuk memilih buah yang akan dibelinya. Setelah itu buah mangga langsung dikupas saat itu juga. Sebuah sumpit ditancapkan sebagai tempat untuk memegang buah. Kemudian buahnya dipotong-potong dan dibentuk menjadi seperti bunga. Semua proses itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Antrean yang cukup panjang tidak perlu menunggu terlalu lama.
            Cara penyajian seperti ini juga ramah lingkungan karena tidak memerlukan pembungkus tambahan yang mencemari lingkungan. Semoga makin banyak orang yang mengusahakan menjual mangga dengan bentuk seperti ini. Selain enak dilihat, enak juga disantap. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini