Saya
jarang sekali membeli bahan makanan dari unggas yang belum dimasak. Biasanya
saya lebih memilih makanan yang sudah dimasak. Kalaupun membeli yang belum
dimasak, biasanya yang sudah disembelih dan dibersihkan. Setiba di rumah,
urusan masak-memasak saya serahkan kepada asisten rumah tangga.
Saya
tahu di beberapa pasar ada yang menjual unggas hidup. Unggas-unggas tersebut,
biasanya ayam dan bebek, baru disembelih saat ada yang membelinya. Bahan
makanan tersebut dijamin masih segar saat pembeli menerimanya.
Saat
ini, saat catatan ini saya tulis, saya lagi suka membuat cerita tentang hewan
alias fabel. Dalam cerita fabel, hewan-hewan itu memiliki karakter seperti
manusia atau dikenal dengan personifikasi. Saat melihat hewan-hewan, saya
sering membayangkan karakternya. Demikian pula yang saya alami saat melihat
unggas-unggas di pasar.
Saya
agak sedih saat melihat unggas yang dikurung dalam kandang sempit. Kandang
sempit itu dipenuhi oleh beberapa unggas sampai bergerak pun susah. Ada pula
ayam yang diikat kakinya dan sepertinya sudah pasrah pada nasibnya. Saya
benar-benar sedih saat melihat ada ayam yang disembelih. Saya masih mendengar
suaranya yang menghilang walaupun sudah memalingkan muka.
Anak-anak
unggas yang dijual juga membuat saya sedih. Biasanya anak-anak unggas yang
masih kecil ini diletakkan di dalam kotak beramai-ramai. Mereka hidup
berdesak-desakan. Kelegaan hanya mereka rasakan sebentar saat mau dipindahkan. {ST}