Pada
akhir bulan September 2019 saya bersama dengan beberapa orang saudara berencana
untuk liburan ke Lampung. Provinsi ini, walaunpun berbeda pulau dengan Jakarta,
letaknya termasuk dekat. Tempat itu dapat dicapai dengan menggunakan mobil.
Untuk
dapat menyeberang ke Lampung, harus melewati Pelabuhan Merak. Pelabuhan
penyeberangan itu tidak hanya untuk orang, tetapi juga untuk barang. Truk-truk
dan bus yang semuanya berukuran besar sudah biasa beredar di tempat ini.
Kabarnya, ada pembagian tempat untuk tiap-tiap golongan kendaraan di kapal.
Walaupun
sering mendengar dan membaca namanya, saya belum pernah ke pelabuhan yang
berada di ujung barat Pulau Jawa itu. Saya hanya pernah melihatnya di TV,
terutama saat musim mudik. Pelabuhan ini biasanya menjadi berita karena macet.
Harapan
saya pada Pelabuhan Merak ini tidak terlalu tinggi karena mendengar
berita-berita pada saat mudik itu. Namun, ternyata kenyataannya tidak demikian.
Pelabuhan Merak ini jauh melampaui harapan saya. Pelabuhan Merak ternyata
bagus, baik bangunan maupun pelayanannya.
Saat
tiba di daerah Pelabuhan Merak, mobil yang saya tumpangi langsung diarahkan ke
kapal. Tarif naik kapal ini harus dibayar secara nontunai menggunakan kartu
milik bank pemerintah seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Untuk kendaraan
penumpang tarifnya Rp 579.000. Bagi penumpang perorangan yang tidak membawa
kendaraan, tarifnya Rp 50.000. Dengan menggunakan sistem nontunai artinya
meniadakan uang tunai. Ini mengurangi risiko adanya pungutan liar. Sesuatu yang
layak diapresiasi.
Bangunan
Pelabuhan Merak pun layak diapresiasi. Pada bangunan bertingkat ini ada
beberapa restoran terkenal yang masih buka sampai malam. Salah satu yang
membuat saya kagum adanya garbarata untuk penumpang yang berjalan kaki.
Garbarata, seperti yang ada di bandar udara itu, memudahkan penumpang yang
berjalan dari dan menuju kapal. Semoga saja semua yang baik di Pelabuhan Merak
ini dapat dijaga dengan baik. {ST}