Ana

Selasa, 29 Oktober 2019

Kantin Sastra UI yang Mengesankan


            Suatu hari saya mendapat tugas untuk mewawancarai dosen di Universitas Indonesia, tepatnya di program studi Jawa. Wawancara yang berlangsung pagi sampai siang hari itu bertempat di sebuah kafe kecil di pojokan gedung.
            Siangnya, saat jam makan siang, saya mencari makan. Dari petunjuk yang didapat dari bertanya, saya kemudian berjalan menuju bangunan melingkar berwarna putih. Saya sudah terkesan melihat bangunan itu dari jauh. Sisi-sisinya ada yang terbuka. Selain untuk sirkulasi udara, juga sebagai pintu.
            Saya lebih terkesan lagi saat berada di dalamnya. Kantin ini bagus, rapi, dan bersih. Langit-langitnya yang tinggi membuat suasana lebih cerah dan segar. Ada juga pembatas dinding berwarna cerah.

            Pemesanan makanan langsung dilakukan di counter. Kemudian pembeli harus membawa sendiri makanannya. Setelah selesai makanan, perlengkapan makan harus diletakkan di tempat khusus. Itu membuat tempat ini selalu terjaga kebersihannya. {ST}

Minggu, 27 Oktober 2019

Kelereng Mainan Masa Kecil


            Kelereng menjadi salah satu permainan yang turut mewarnai kehidupan saya. Bola-bola kecil ini dimainkan saat jam istirahat sekolah ataupun di sore hari. Saat masih balita, saya sangat suka memainkan kelereng. Saya juga mengoleksi kelereng yang lucu-lucu motifnya.
            Seiring berjalannya waktu, permainan kelereng lebih banyak dimainkan oleh anak laki-laki. Entah apa alasannya. Mungkin karena permainan ini dimainkan di tanah. Biasanya permainan ini dimainkan dengan cara memasukkan kelereng ke dalam lubang. Cara memasukkannya dengan menjentikkan jari ke kelereng yang dibidik. Pemenangnya adalah orang yang paling banyak memasukkan kelereng ke dalam lubang.
            Saat bertumbuh dewasa, saya tidak lagi mengingat tentang kelereng. Saya baru teringat kembali ketika ada acara anak-anak yang mengangkat  tema tentang permainan tradisional Indonesia. Permainan tradisional sekarang sudah tidak terlalu popular karena digantikan oleh gawai. Padahal permainan tradisional memiliki banyak manfaat antara lain tubuh yang bergerak dan kerja sama dengan orang lain.

            Saat ini permainan kelereng sudah menjadi sejarah. Banyak anak Indonesia yang tidak lagi memainkannya. Bahkan ada juga yang tidak pernah melihat kelereng seumur hidupnya. Saya sampai merasa sangat bersyukur karena bertumbuh bersama kelereng. {ST}

Jumat, 25 Oktober 2019

Kedondong Kecil Hasil Tanaman Sendiri


            Di depan rumah kami ada pohon kedondong yang ditanam di dalam pot. Kedondong jenis ini sudah dapat berbuah walaupun tidak bertumbuh menjadi pohon yang besar. Tidak hanya pohonnya yang kecil, buahnya pun kecil ukurannya. Buah yang kecil itu memiliki biji yang kecil juga. Untuk buah yang sangat kecil, dapat dikatakan tidak ada bijinya karena tidak terlihat dan tidak terasa kalau dimakan.

            Kedondong kecil ini cukup sering berbuah. Sekali berbuah selalu banyak. Serumpun buah itu biasanya kami panen bersamaan. Ada yang langsung kami nikmati ketika dikupas. Ada juga yang dibuat menjadi asinan dulu. Kadang-kadang kami juga membaginya dengan orang lain. {ST}

Rabu, 23 Oktober 2019

Kucing di Tanaman Rambat


            Saya merasa ada yang mengamati saya saat melintas di tembok yang tertutup oleh tumbuhan rambat ini. Karena itu, saya melirik ke arah tembok tersebut. Ternyata melirik saja tidak cukup. Saya tidak menemukan orang yang sedang melihat. Setelah mengamati dengan lebih teliti, saya menemukan seekor kucing yang sedang mengamati.

            Kucing itu terlihat di lubang yang menjadi bagian dari tembok itu. Kalau melihat sekilas saja, memang susah terlihat karena tersamar di balik daun-daun tanaman rambat. Dedaunan tanaman rambat itu membuat wajah kucing menjadi tersamar. Entah mengapa rasa seperti sedang diamati itu membuat saya mencari. {ST}

Senin, 21 Oktober 2019

Lampu yang Hampir Copot


            Lampu ini tak sengaja menjadi perhatian saya. Saat melihat ke atas, saya melihat ada yang berbeda dari lampu ini. Saya kemudian membandingkannya dengan lampu-lampu lain yang ada di ruangan itu. Ternyata benar, lampu itu berbeda. Lampu itu terlihat menggantung dan hampir copot.
            Lampu yang hampir terlepas itu di mata saya memiliki potensi membahayakan. Saya segera melaporkannya ke petugas di restoran itu. Sang petugas yang menerima laporan terlihat santai saja. Tidak ada tindak lanjut sampai saya meninggalkan tempat tersebut. {ST}

Sabtu, 19 Oktober 2019

Katokkon Berbuah


            Adik saya membawa katokkon sepulang berlibur ke Toraja. Cabai pedas khas Toraja itu konon kabarnya hanya dapat tumbuh dengan baik di tanah pegunungan seperti Tana Toraja. Tak heran kalau cabai ini sering dijadikan oleh-oleh saat ada yang berkunjung ke Toraja.

            Setiba di rumah, kami mencoba menanam cabai ini dengan menggunakan bijinya. Tak disangka, ternyata biji katokkon ini dapat tumbuh dengan baik. Yang lebih menyenangkan, pohon katokkon itu berhasil berbuah. Rasa buahnya sama pedasnya dengan katokkon yang ada di Toraja. {ST}

Kamis, 17 Oktober 2019

Buah Potong Warna Kuning


            Saya mengusahakan untuk memakan buah setiap hari. Buah sebagai sumber vitamin dan mineral alami memang sangat disarankan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Kadang-kadang saya makan aneka macam buah alias rujak. Ada pula kalanya saya hanya memakan satu jenis buah saja.

            Suatu kali, saya memilih buah potong untuk saya makan. Buah potong itu kemudian dipotong-potong lagi sampai besarnya cocok untuk satu suapan. Pada saat mau memakannya, saya baru perhatikan ternyata buah-buahan itu warnanya kuning semua. {ST}

Selasa, 15 Oktober 2019

Meja dari Batang Kayu


            Meja yang terbuat dari batang kayu yang besar menarik perhatian saya. Meja seperti ini turut berperan dalam masa pertumbuhan saya. Orang tua saya juga memiliki meja seperti ini. Meja kayu itu sering saya gunakan untuk bermain waktu kecil dulu.
            Meja dari batang kayu itu umumnya terbuat dari sepenggal batang kayu yang diberi kaki. Meja yang bentuknya tak beraturan itu memperlihatkan lingkaran-lingkaran bagian dalam kayu. Nah, ini juga memudahkan saya mengingat pelajaran biologi tentang pertumbuhan pohon.

            Menurut saya, cara menikmati meja seperti ini adalah dengan melihat guratan kayu dan juga lingkaran di tengahnya. Itu sebabnya saya selalu melepas taplak meja yang menutupi meja kayu di masa kecil saya dulu itu. Saat melihat sebuah meja kayu di sebuah pameran, saya jadi teringat lagi pada pengalaman waktu kecil saya dulu. Meja itu juga tidak ditutupi oleh taplak meja. {ST}

Minggu, 13 Oktober 2019

Kelomang Warna-Warni


            Kelomang adalah sejenis krustasea yang berperut lunak. Tubuhnya yang panjang bergelung menjadi spiral. Tubuhnya yang lunak itu biasanya berlindung di balik rumahnya. Nah, yang unik adalah rumahnya ini. Rumahnya ini bukanlah cangkang yang menempel terus-terusan di tubuhnya. Kelomang biasanya menggunakan rumah bekas siput laut dan kerang, Saat rumahnya tidak muat lagi, kelomang akan mencari rumah yang lebih besar.
            Kelomang sering dijadikan mainan anak-anak. Hewan kecil ini sering dijual di dekat tempat anak-anak berkumpul, seperti di sekolah dan juga tempat-tempat hiburan. Rumahnya dicat warna-warni dengan gambar-gambar yang lucu. Anak-anak biasanya memilih kelomang berdasarkan  warna dan juga kelucuan gambarnya ini.

            Di alam bebas, ternyata terjadi perebutan rumah baru di antara kelomang. Apalagi kalau di sekitar tempat tinggal mereka tidak terlalu banyak cangkang hewan-hewan. Mereka bisa menggunakan benda apa saja yang dapat dijadikan rumah baru. Saya pernah melihat foto dan membaca artikel kalau kelomang ada yang menggunakan batok kelapa, gelas plastik, dan juga botol plastik sebagai rumah barunya. {ST}

Sabtu, 12 Oktober 2019

Anak Ayam untuk Mengalihkan Perhatian dari Gawai


            Belum lama ini ada berita tentang anak ayam yang dibagikan secara gratis kepada anak-anak kecil. Pembagian anak-anak ayam itu tujuannya supaya anak-anak manusia itu memeliharanya serhingga mengurangi penggunaan gawai sehari-harinya.
            Kebijakan ini menuai banyak komentar dan tawa. Saya juga termasuk yang tertawa. Saya teringat pada adik saya yang memelihara anak ayam. Anak-anak ayam itu dia pelihara dari masih kuning kecil sampai menjadi ayam dewasa yang kegemukan. Kegiatan memelihara ayam ini membuat adik saya sibuk setiap hari. Keterikatan dengan ayam-ayamnya itu membuat adik saya menangis sedih saat ayam-ayam itu terpaksa dipotong karena kegemukan.

            Memelihara binatang memang bisa mengalihkan perhatian orang. Mungkin ini memang salah satu cara untuk mengalihkan perhatian dari gawai yang dianggap mengngganggu kehidupan. Semoga saja berhasil. {ST}

Jumat, 11 Oktober 2019

Pulau Pahawang di Lampung




            Pada bulan September 2019 yang lalu, saya dan keluarga pergi liburan ke Pulau Pahawang. Pulau kecil ini menjadi bagian dari Provinsi Lampung. Pulau itu letaknya tidak terlalu jauh dari Bandar Lampung, ibu kota Provinsi Lampung. Itu sebabnya kami memilih menginap di kota.
            Saat menjelajah Pulau Pahawang, kami menggunakan jasa operator travel. Nah, wisata sebenarnya itu bukan pulaunya, tetapi perairan di sekitarnya. Kegiatan utamanya snorkeling dan menejelajah laut. Perhentian di Pulau Pahawang sendiri hanya untuk makan siang.
            Daerah yang dijadikan tempat wisata itu dikenal dengan nama Kawasan Ekowisata Pahawang. Di perairan ini ada Pulau Pahawang Besar, Pulau Pahawang Kecil, Pulau Kelagian Besar, Pulau Kelagian Kecil, Pulau Maitem, dan Pulau Tegal. Di antara pulau-pulau itu ada banyak tempat di bawah air yang sangat indah. {ST}

Kamis, 10 Oktober 2019

Pohon Penuh Kotoran Burung


            Suatu pagi saya dikejutkan oleh sesuatu yang jatuh dari atas pohon. Saat melihat ke atas, saya lebih terkejut lagi akrena pohon itu dipenuhi oleh banyak burung. Burung-burung berwarna hitam itu ada yang hinggap, ada juga yang terbang. Beberapa dari mereka mengeluarkan kotoran alias eek. Kotoran itu membekas di daun dan batang pohon. Kotoran itu juga mengotori trotoar yang saya injak.
            Melihat pemandangan itu, saya segera menjauh. Namun, tak lama kemudian saya mendekat lagi. Saya penasaran dengan pohon itu. Saat itulah saya bisa melihat lebih jelas apa yang terjadi pada pohon yang dikerubungi burung itu. Ternyata pohon itu memiliki banyak buah yang sepertinya menarik burung-burung untuk hinggap. Selain memasukkan makanan ke dalam badannya, burung-burung itu juga mengeluarkan sisa makanannya.

            Esoknya, saya melewati pohon  itu lagi. Saya sudah mengingatkan diri sendiri supaya berhati-hati saat melewati pohon itu. Namun, kali ini tidak harus siap siaga seperti kemarin. Sebagian dari dahan pohon itu telah ditebang. Buah-buahnya pun sudah tidak terlihat. Hanya ada beberapa ekor burung saja yang beterbangan di sekitar pohon itu. {ST}

Rabu, 09 Oktober 2019

Tarif Menyeberang Merak-Bakauheni




            Ada beberapa kapal yang sudah disiapkan untuk menyeberangi Selat Sunda dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatra. Pelabuhan Merak di Pulau Jawa dan Pelabuhan Bakauheni di Pulau Sumatra terhubung oleh beberapa kapal ferry ini.
            Kapal-kapal itu sudah diorganisasi dan tarifnya sama. Ada tarif yang berbeda-beda untuk kendaraan. Untuk orang yang menyeberang tanpa kendaraan, tarifnya Rp 50.000 saja. Tarif ini menurut saya cukup murah dengan pelayanan yang cukup baik. Untuk kendaraan dibedakan menjadi beberapa golongan. Nah, ini yang menarik. Golongan I untuk tarif ini ternyata untuk sepeda kayuh dengan tarif Rp 62.000. Sementara golongan tertinggi, golongan IX untuk kendaraan trailer yang pajangnya lebihd ari 16 meter, tarifnya lebih dari Rp 3 juta. {ST}

Selasa, 08 Oktober 2019

Snorkeling di Lampung




            Saat berkunjung ke Lampung, saya dan keluarga mengunjungi daerah perairan di sekitar Pulau Pahawang. Daerah yang letaknya tak terlalu jauh dari Bandarlampung ini terkenal dengan wisata bawah lautnya. Untuk menikmatinya pemandangan bawah laut itu, kita harus “nyemplung” menyelam atau snorkeling.
            Pengalaman snorkeling di Lampung ini bukan pengalaman snorkeling saya yang pertama. Walaupun demikian, bukan berarti saya ahli snorkeling. Saya masih memakai pelampung karena takut tenggelam saat snorkeling.
            Pemandangan bawah laut di daearh ini ternyata lebih indah dibandingkan dengan Perairan Kepulauan Seribu. Jenis ikannya lebih banyak dan lucu-lucu. Itu membuat saya lebih bersemangat. {ST}

Senin, 07 Oktober 2019

Pertama Kali Menyeberangi Selat Sunda Melalui Pelabuhan Merak – Bakauheni






            Pada akhir bulan September 2019 saya bersama dengan beberapa orang saudara berencana untuk liburan ke Lampung. Provinsi ini, walaunpun berbeda pulau dengan Jakarta, letaknya termasuk dekat. Tempat itu dapat dicapai dengan menggunakan mobil.

            Untuk dapat menyeberang ke Lampung, harus melewati Pelabuhan Merak. Pelabuhan penyeberangan itu tidak hanya untuk orang, tetapi juga untuk barang. Truk-truk dan bus yang semuanya berukuran besar sudah biasa beredar di tempat ini. Kabarnya, ada pembagian tempat untuk tiap-tiap golongan kendaraan di kapal.

            Walaupun sering mendengar dan membaca namanya, saya belum pernah ke pelabuhan yang berada di ujung barat Pulau Jawa itu. Saya hanya pernah melihatnya di TV, terutama saat musim mudik. Pelabuhan ini biasanya menjadi berita karena macet.

            Harapan saya pada Pelabuhan Merak ini tidak terlalu tinggi karena mendengar berita-berita pada saat mudik itu. Namun, ternyata kenyataannya tidak demikian. Pelabuhan Merak ini jauh melampaui harapan saya. Pelabuhan Merak ternyata bagus, baik bangunan maupun pelayanannya.

            Saat tiba di daerah Pelabuhan Merak, mobil yang saya tumpangi langsung diarahkan ke kapal. Tarif naik kapal ini harus dibayar secara nontunai menggunakan kartu milik bank pemerintah seperti Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. Untuk kendaraan penumpang tarifnya Rp 579.000. Bagi penumpang perorangan yang tidak membawa kendaraan, tarifnya Rp 50.000. Dengan menggunakan sistem nontunai artinya meniadakan uang tunai. Ini mengurangi risiko adanya pungutan liar. Sesuatu yang layak diapresiasi.

            Bangunan Pelabuhan Merak pun layak diapresiasi. Pada bangunan bertingkat ini ada beberapa restoran terkenal yang masih buka sampai malam. Salah satu yang membuat saya kagum adanya garbarata untuk penumpang yang berjalan kaki. Garbarata, seperti yang ada di bandar udara itu, memudahkan penumpang yang berjalan dari dan menuju kapal. Semoga saja semua yang baik di Pelabuhan Merak ini dapat dijaga dengan baik. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini