Ana

Rabu, 07 Agustus 2019

Perbatasan Republik Indonesia - Papua Nugini




            Saya senang sekali mendapat kesempatan berkunjung ke perbatasan RI – Papua Nugini di Distrik Sota, Merauke. Untuk menuju ke daerah perbatasan itu, harus melalui Taman Nasional Wasur. Dalam taman nasional di ujung timur NKRI ini ada musamus, rumah rayap yang tingginya dapat melebihi tinggi manusia.
            Ada sebuah tugu yang didirikan sebagai penanda perbatasan negara. Tugu yang berada di persimpangan jalan itu sebenarnya tidak tepat berada di perbatasan. Ada tanda-tanda NKRI pada tugu itu seperti bendera merah putih dan burung Garuda Pancasila. Perlu usaha lebih untuk memotret tugu yang berada di persimpangan jalan itu. Sambil memotret, sesekali ada kendaraan yang lewat.
            Setibanya di garis perbatasan, pengunjung yang datang harus melapor pada para tentara penjaga perbatasan. Saya dan rombongan juga melakukannya. Kami kemudian ditemani seorang tentara saat berjalan-jalan di sekitar perbatasan itu.
            Garis perbatasan negara itu tidak dipagari. Kita dapat mengetahuinya dari koordinatnya. Nah, ada yang unik tentang koordinat ini. Dahulu, saat patok perbatasan negara dibuat, teknologi GPS belum semaju sekarang. Patok-patok yang pernah dibuat itu ternyata letaknya tidak tepat di perbatasan negara. Karena itu dibuatlah patok lain. Itu membuat seakan-akan ada 2 garis perbatasan negara.
            Penjagaan perbatasan oleh TNI ini cukup baik. Selalu ada tentara yang bergantian berjaga di tempat ini. Semua pendatang pasti akan diketahui oleh mereka dan dimintai keterangannya. Untuk penduduk setempat, tidak selalu ditanyai. Para penjaga perbatasan umumnya sudah mengenal penduduk setempat, baik yang warga negara Indonesia maupun yang warga negara Papua Nugini.
            Perbatasan ini juga menjadi daerah wisata yang banyak dikunjungi oleh penduduk kota di sekitarnya, terutama Merauke. Ada kios-kios yang menjual makanan kecil dan suvenir di tempat ini, seperti di daerah wisata lainnya. Saya sempat membeli 2 buah tas tradisional berbahan akar.
            Hal yang paling berkesan dari perbatasan ini adalah banyaknya musamus, rumah semut yang dihuni oleh koloni serangga. Walaupun hewan kecil ini disebut semut oleh warga setempat, sebenarnya penghuni musamus adalah rayap. Sebuah musamus dihuni oleh sebuah koloni. Apabila ada koloni baru, maka akan membuat rumah yang baru. Musamus di tempat ini ukurannya bermacam-macam. Musamus yang sudah lama tingginya ada yang mencapai 2 meter. Musamus yang baru dibuat terlihat seperti gundukan kecil.
            Saya bertemu dengan anak-anak kecil di daerah perbatasan dan menjadi akrab dengan beberapa di antara mereka. Anak-anak itu mengerti bahasa Indonesia, baik anak yang warga negara Indonesia maupun yang warga negara Papua Nugini. Rupanya mereka memang diajari berbahasa Indonesia di sekolah. Tentara-tentara yang bergantian berjaga di sana pun sering mengajari berbahasa Indonesia.
            Saat itu saya hanya beberapa jam berada di daerah perbatasan. Waktu yang terbatas itu tidak cukup rasanya. Kelak saya akan kembali lagi ke sana entah kapan. Biaya yang mahal dan waktu perjalanan yang lama banget menjadi pertimbangan saya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini