Penumpang
transportasi online dapat memberikan review
pada perjalanannya dengan memberikan tanda bintang. Bintang lima yang paling
keren. Bintang satu yang paling jelek. Beberapa pengemudi yang saya temui
memang terang-terangan meminta untuk diberi bintang 5. Kadang-kadang saya
memberikan bintang lima karena memang pantas menurut penilaian saya.
Kriteria
bintang 5 menurut saya apabila kendaraannya bersih, berpendingin udara,
pengemudinya mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Tambahan lagi
kalau tidak banyak bertanya petunjuk jalan. Saya juga menilai baik pengemudi
yang tidak terlalu banyak mengobrol dengan penumpangnya. Tidak terlalu banyak
artinya secukupnya saja.
Suatu
siang, saya diantar oleh seorang pengemudi yang suka berbicara sepanjang jalan.
Dari cerita basa-basi tentang kemacetan jalan, berlanjut sampai kebijakan lalu
lintas yang baru berlaku. Perbincangan tentang kebijakan itu berlanjut menjadi
obrolan tentang para pengambil kebijakan. Nah, perbincangan ini ujung-ujungnya
politik.
Sampai
sekarang, saya kurang dapat menikmati perbincangan tentang politik, apalagi tak
lama setelah pemilu ini. Saya pun tidak dapat menikmati perbincangan di mobil
yang mengantar saya pulang itu. Saya makin sedikit menanggapi saat topiknya
membicarakan sesuatu yang kurang baik. Tanggapan saya yang sedikit itu malah
membuat si pengemudi mengoceh tak terkendali. Saya lega sekali saat akhirnya
mobil itu berkenti di depan paagr rumah saya.
“Saya
bayar pakai nontunai, ya… Terima kasih,” kata saya sambil membuka pintu mobil.
“Jangan
lupa bintang limanya, ya… Kalau bisa kasih komentar driver-nya ramah, suka ngajak ngobrol,” katanya sebelum saya
meninggalkan mobil.
Saya
hanya tertawa-tawa sambil menutup pintu. Saya tidak menjawab iya karena saya
tidak akan memberi bintang 5 kepada pengemudi yang terlalu banyak omong dan
suka mengeluh seperti itu. Apa yang terjadi sebelumnya di mobil bukanlah
obrolan, tetapi dia mengoceh sendiri tentang pendapatnya. {ST}