Pada
tahun 2019 ini ada beberapa orang yang menggaungkan gerakan berkebaya. Kebaya
sebagai pakaian tradisional sudah menjadi pakaian nasional para perempuan
Indonesia. Kebaya biasanya dikenakan satu set dengan kain panjang, selendang,
dan sanggul. Kebaya biasanya digunakan dalam acara resmi.
Kebaya
makin lama makin tersingkir dari keseharian. Banyak orang muda yang tidak lagi
memakai kebaya karena kesannya yang ribet. Harus diakui mengenakan kebaya
sesuai aslinya memang ribet. Mulai dari mengenakan kain panjang, pakai korset
atau babat di bagian dalamnya, dan memakai sanggul. Kebaya makin tersingkir
karena adanya gaya berbusana ala Timur Tengah.
Gerakan
berkebaya ini disebarkan melalui media sosial dalam bentuk teks, foto, dan
video. Cukup banyak dari informasi itu yang mampir ke telepon genggam saya. Ada
beberapa yang saya tanggapi. Secara garis besar saya menyetujui gerakan ini.
Saya setuju kalau perempuan Indonesia kembali menggunakan kebaya dengan bangga.
Teman-teman
yang menggunakan kerudung pun sebenarnya dapat menggunakan kebaya, kok. Kain
panjang dan kebaya lengan panjang dapat digunakan bersama kerudung. Untuk bahan
dan bentuknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Persetujuan
saya itu agak terusik ketika ada yang posting tentang menggunakan kebaya setiap
hari. Postingan berupa teks dan video ini menyebar di banyak group WhatsApp
yang saya ikuti. Postingan itu membuat persetujuan saya ada catatannya, yaitu
tidak menggunakannya setiap hari.
Buat
saya, kebaya adalah pakaian yang spesial. Saya hanya mengenakan kebaya pada
kesempatan-kesempatan khusus, misalnya tugas gereja, resepsi pernikahan, pesta
ulang tahun orang penting. Untuk kegiatan sehari-hari, saya keberatan
menggunakan kebaya. Selain karena kurang nyaman, juga karena nilai spesialnya
menjadi berkurang. {ST}