Ana

Selasa, 16 Juli 2019

Gerakan Berkebaya yang Ada Catatannya




            Pada tahun 2019 ini ada beberapa orang yang menggaungkan gerakan berkebaya. Kebaya sebagai pakaian tradisional sudah menjadi pakaian nasional para perempuan Indonesia. Kebaya biasanya dikenakan satu set dengan kain panjang, selendang, dan sanggul. Kebaya biasanya digunakan dalam acara resmi.
            Kebaya makin lama makin tersingkir dari keseharian. Banyak orang muda yang tidak lagi memakai kebaya karena kesannya yang ribet. Harus diakui mengenakan kebaya sesuai aslinya memang ribet. Mulai dari mengenakan kain panjang, pakai korset atau babat di bagian dalamnya, dan memakai sanggul. Kebaya makin tersingkir karena adanya gaya berbusana ala Timur Tengah.
            Gerakan berkebaya ini disebarkan melalui media sosial dalam bentuk teks, foto, dan video. Cukup banyak dari informasi itu yang mampir ke telepon genggam saya. Ada beberapa yang saya tanggapi. Secara garis besar saya menyetujui gerakan ini. Saya setuju kalau perempuan Indonesia kembali menggunakan kebaya dengan bangga.
            Teman-teman yang menggunakan kerudung pun sebenarnya dapat menggunakan kebaya, kok. Kain panjang dan kebaya lengan panjang dapat digunakan bersama kerudung. Untuk bahan dan bentuknya dapat disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
            Persetujuan saya itu agak terusik ketika ada yang posting tentang menggunakan kebaya setiap hari. Postingan berupa teks dan video ini menyebar di banyak group WhatsApp yang saya ikuti. Postingan itu membuat persetujuan saya ada catatannya, yaitu tidak menggunakannya setiap hari.
            Buat saya, kebaya adalah pakaian yang spesial. Saya hanya mengenakan kebaya pada kesempatan-kesempatan khusus, misalnya tugas gereja, resepsi pernikahan, pesta ulang tahun orang penting. Untuk kegiatan sehari-hari, saya keberatan menggunakan kebaya. Selain karena kurang nyaman, juga karena nilai spesialnya menjadi berkurang. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini