Ana

Rabu, 24 Juli 2019

Anak yang Tidak Tahu Nama Presiden Republik Indonesia




            Saya sering menghadiri acara yang juga dihadiri oleh anak-anak. Baik itu karena kemauan saya sendiri ataupun karena tugas dalam pekerjaan saya sebagai redaksi media anak. Hampir semua acara yang dihadiri anak-anak itu selalu bernuansa riang gembira khas anak-anak. Ada juga, sih, yang agak serius seperti kegiatan belajar.
            Kebanyakan acara anak-anak mengadakan kuis sebagai bagian dari acaranya. Ada kuis yang berhadiah, ada juga yang buat seru-seruan saja. Beberapa tahun belakangan ini, kuis yang paling populer adalah menyebutkan nama ikan dan nama kota di Indonesia. Kuis ini dipopulerkan oleh pemimpin tertinggi negara ini, Presiden Jokowi.
            Walaupun kuisnya itu-itu saja, saya tidak pernah bosan menyaksikannya. Melihat ekspresi anak-anak yang bersemangat menjawab kuis itu menyenangkan. Apalagi anak-anak yang saya temui itu selalu berbeda. Tentunya berbeda pula reaksi mereka. Saya sering menjadi orang yang bertepuk tangan paling keras saat ada anak yang berhasil menjawab pertanyaan.
            Pada Peringatan Hari Anak Nasional tahun 2019 ini, saya menghadiri acara yang dihadiri oleh ratusan anak. Kuis menjawab beberapa pertanyaan juga menjadi bagian dari acara ini. Ada pertanyaan tentang nama ikan, nama kota, nama provinsi, dan nama presiden. Nah, yang bagian nama presiden ini yang tidak bisa saya lupakan.
            “Sebutkan 3 nama presiden Indonesiaaa!” teriak pembawa acara.
            Puluhan anak mengangkat tangannya. Pertanyaan yang menurut saya cukup mudah itu memang sudah sepantasnya kalau banyak orang yang bisa menjawabnya. Saya jadi teringat pada saat saya masih sekolah dulu. Menghafalkan nama presiden beserta jajaran kabinetnya adalah kewajiban. Kalau sekedar nama presidennya dong, sih, gak usah mikir lagi.
            Seorang anak laki-laki dipilih oleh pembawa acara untuk menjawab pertanyaan itu. Sang pembawa acara menyodorkan pengeras suara pada anak itu, sementara tangan yang satunya lagi memegang hadiah.
            “Siapa saja yang pernah jadi presiden Indonesia?” tanya pembawa acara itu.
            Anak itu menyebutkan dengan mantap nama seorang berinisial P.
            “Oh, bukan yang itu. Maksudnya yang pernah jadi presiden. Yang itu belum pernah jadi presiden,” kata pembawa acara itu.
            Sepertinya pembawa acara itu  terkejut mendengar jawaban anak itu. Saya juga terkejut. Pembawa acara itu menanyakan berkali-kali dan tetap dijawab dengan jawaban yang sama. Yang membuat saya makin prihatin karena anak itu tidak tahu presiden yang lain. Ia tidak menjawab saat ditanya presiden pertama yang menjadi proklamator bangsa kita. Anak itu akhirnya tidak mendapatkan hadiah. Hadiah diberikan kepada anak lain yang dapat menjawab nama presiden dengan benar. Dari 7 orang yang pernah menjadi presiden di republik ini, menyebutkan 3 orang bukanlah sebuah tantangan yang berarti. Apalagi banyak anak lain yang memberikan “bocoran” bahkan teriakan menyebut nama-nama presiden.
            Saya dan beberapa orang dewasa yang menyaksikan tertawa-tawa melihat kuis itu. Ada beberapa yang menggelengkan kepala. Kami tidak membahasnya, tetapi  sepertinya kami memiliki pemahaman yang sama. Anak itu mungkin tinggal di lingkungan yang mendukung salah satu calon presiden yang belum pernah menjadi presiden itu.
            Kejadian ini tidak akan saya tuliskan dalam laporan resmi saya karena tidak ada gunanya. Namun, saya tidak dapat melupakan kejadian itu. Saya masih prihatin pada jawaban anak itu. Informasi yang dia terima sepertinya dibatasi oleh fanatisme dukungan pada salah satu calon presiden. Kalaupun orang dewasa yang berada di sekitarnya pendukung Pak P, paling tidak dia seharusnya mendapatkan informasi kalau ada presiden sebelumnya, sebelum adanya pertikaian antara 2 kubu yang sekarang ini. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini