Ana

Kamis, 30 Mei 2019

4 GIF Sehari




            Sudah beberapa waktu ini saya suka sekali membuat file GIF. Setelah itu saya membagikannya di beberapa media sosial saya. Saya paling sering membagikannya di Twitter. Selain karena saya suka sekali dengan media sosial ini, juga karena dapat dijadwalkan.
            Awalnya saya membagikan GIF asal-asalan saja. Saat sedang iseng membuatnya, saat itu juga saya membagikannya. Namun, sejak akhir bulan Mei, saya menjadwalkan setiap harinya ada 4 GIF yang saya bagikan, yaitu pada pukul 07.00, 12.00, 19.00, dan 21.00. {ST}

Rabu, 29 Mei 2019

Garuda Pancasila di Dinding Restoran




            Lambang negara Garuda Pancasila terpampang di kelas-kelas seluruh Indonesia. Lambang negara ini juga selalu terlihat di kantor-kantor pemerintahan. Lambang ini memang sudah seharusnya berada di tempat-tempat seperti itu. Yang istimewa kalau lambang negara itu ada di sebuah rumah makan yang sederhana.
            Saya terpukau saat melihat lambang negara itu ada di sebuah rumah makan pinggir jalan. Gambar itu dipajang di dinding rumah makan yang menjual sate ini. Di bawah gambar Garuda Pancasila, ada tulisan kelima sila yang menjadi dasar negara dan ideologi Indonesia.
            Dari perbincangan dengan kenalan saya saat itu, beberapa tahun yang lalu, memang ada imbauan untuk memasang lambang negara itu di rumah-rumah. Tentu tujuannya untuk lebih memasyarakatkan Pancasila. Saya tidak pernah ingat ada imbauan seperti itu. Mungkin kejadian itu terjadi pada saat saya masih kecil atau bahkan belum lahir.
            Menurut saya bagus juga kalau di tempat-tempat umum ada banyak lambang negara yang mengingatkan pada ideologi bangsa kita. Sekarang sudah banyak yang tidak lagi ingat sila-sila Pancasila itu apa saja, apalagi butir-butirnya. {ST}

Senin, 27 Mei 2019

Dongeng Grimm Bersaudara




            Dongeng yang beredar di dunia saat ini kebanyakan ada kaitannya dengan Grimm Bersaudara. Kedua bersaudara dari Jerman ini dikenal juga sebagai Brother Grimm atau Bruder Grimm. Dongeng-dongeng yang terkait dengan mereka ini antara lain Cinderella, Ariel, Hansel dan Gretel, Rapunzel, dan masih banyak lagi. Beberapa di antaranya semakin terkenal karena campur tangan Disney.
            Jacob dan Wilhelm Grimm hidup di Jerman pada tahun 1800-an. Mereka berdua sama-sama berminat pada bidang bahasa dan cerita rakyat. Karena ketertarikan itu, mereka berdua kemudian mengumpulkan cerita-cerita rakyat yang beredari di Eropa, terutama di Jerman, tanah kelahiran mereka.
            Cerita-cerita rakyat itu, seperti juga yang terjadi di daerah lain, disampaikan dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Karena tidak ada dokumentasi tertulis, beberapa dari cerita itu mengalami distorsi. Ada beberapa versi untuk cerita yang sama. Kedua bersaudara ini juga mengalami kesulitan untuk melacaknya. Perlu waktu cukup banyak untuk mengumpulkan cerita-cerita itu.
            Grimm Bersaudara kemudian mencetak buku yang berisi cerita-cerita itu. Buku yang berisi cerita dongeng ini laku keras. Apalagi saat itu memang sedang zamannya romantis, di mana semua orang yang dianggap berbudaya suka pada cerita. Nama Grimm Bersaudara makin terkenal. Tak jarang ada yang mengira kalau kedua bersaudara inilah yang menuliskan cerita-cerita itu.
            Seiring dengan berjalannya waktu, pamor Grimm Bersaudara makin pudar. Pada masa kehidupan saya ini, kebanyakan cerita yang ada dalam buku mereka itu lebih dikenal sebagai cerita Disney. Hampir semua orang pada generasi saya, termasuk saya sendiri, langsung membayangkan tokoh-tokoh Disney saat mendengarkan cerita-cerita itu. Saya juga membayangkan tokoh-tokoh ciptaan Disney itu saat membaca buku yang berisi kumpulan cerita Grimm Bersaudara ini.
            Pada saat membaca buku ini, ada beberapa cerita yang jalan ceritanya berbeda dengan di film Disney. Kalau ini sepertinya juga karena pertimbangan komersial. Ada beberapa cerita yang terlalu “gelap” bahkan tragis. Cerita ini berubah menjadi berakhir bahagia dalam film Disney.
            Saat berbincang-bincang dengan beberapa teman yang suka nonton film Disney, mereka ada yang baru tahu kalau “cerita asli”-nya ditulis oleh Brother Grimm. Hmmm… Sebenarnya tidak tepat juga, sih. Kedua bersaudara ini hanya menuliskan cerita rakyat yang beredar di sekitarnya. Pengarang cerita aslinya sendiri entah siapa dan kapan tidak terlalu jelas. {ST}

Sabtu, 25 Mei 2019

Sate Kambing Pak Mangun di Jogja









            Sate kambing Pak Mangun di Jogja terletak di Jalan Solo. Apabila dari arah Jogja menuju Solo, tempat jual sate ini berada di sebelah kiri. Rumah makan ini sederhana, tidak terlalu besar. Tempat duduknya hanya beberapa. Ruangannya tanpa pendingin udara. Pada tempat makan ini ada tulisan Warung Sate Kambing Pak Mangun 2. Dapat diduga apabila ada rumah makan yang pertama sebelum ini.

            Selain sate kambing, di sini juga menjual aneka olahan daging kambing lainnya seperti gulai dan tongseng. Nah, kedua jenis makanan inilah yang kami pesan saat berkunjung ke tempat ini.

             Gulai dan tongseng yang kami pesan itu dimasak sesaat setelah dipesan. Masakan itu dimasak menggunakan kompor kayu. Konon kabarnya, kompor kayu adalah rahasia lezatnya makanan-makanan khas Jogja dan Jawa Tengah. Makanan yang dimasak dengan kompor gas rasa sedapnya sedikit berkurang.

            Memasak dengan menggunakan kompor kayu memakan waktu cukup lama. Mungkin itu juga yang menambah sensasi rasa sedap dari makanan itu. Semakin lama menghirup aroma makanan yang sedap tetapi masa penantiannya cukup lama. Rasa sedap dan penuh syukur lebih terasa saat menyantap makanan yang seperti ini.
            Khusus untuk gulai dan tongseng yang kami pesan ini, menurut rasa rasa lezatnya bukan hanya sekedar terlalu lama menunggu. Rasa lezatnya benar-benar nikmat. Bumbunya terasa pas di lidah dan dagingnya empuk. Sate kambing Pak Mangun salah satu makanan olahan kambing yang saya rekomendasikan di Jogja. {ST}

Selasa, 21 Mei 2019

Orang yang Memberi Makan Kucing Liar




            Pada saat berjalan-jalan di sekitar Monas, saya pernah melihat ada makanan kucing yang ditaruh di beberapa tempat di taman itu. Makanan kucing itu memang makanan pabrikan khusus kucing. Makanan kering yang mirip sereal ini harganya juga mirip-mirip sereal. Cukup mahal maksudnya.
            Makanan kering khusus kucing itu saya temui berkali-kali. Namun, saya tidak pernah bertemu langsung dengan orang (atau orang-orang ini). Saya pernah menulis artikel tentang orang-orang yang peduli kucing taman ini pada media anak tempat saya numpang berkarya.
            Suatu kali, saat sedang berada di halte bus di dekat Monas, saya bertemu dengan orang yang peduli kucing itu. Orang itu mengeluarkan makanan kucing kering dari kantongnya dan memberi makan kucing berisik yang ada di halte itu.
            Awalnya saya tidak terlalu menaruh perhatian pada peristiwa itu sampai seekor kucing menyenggol kaki saya. Kucing itu dalam perjalanan untuk menghampiri makanan yang diberikan oleh orang yang berada yak jauh dari saya itu.
            “Emang sering ngasih makan kucing, ya, Pak?” tanya saya.
            “Iya. Kasihan mereka,” jawab bapak itu sambil kembali menunduk meleihat kucing itu.
            Saya pun akhirnya berlalu saat bus yang saya nantikan datang. Akhirnya saya bertemu dengan orang yang memberikan makanan untuk kucing-kucing liar. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini