Ana

Kamis, 04 April 2019

Main di Sawah Bersama Keponakan




            Suatu kali, keluarga kami berkunjung ke sebuah tempat makan yang letaknya tak jauh dari sawah. Sebagian padi di sawah itu ada yang baru saja dipanen. Sebagian lainnya sedang diolah dan diairi. Yang jelas, pematang sawah dapat terlihat dengan jelas.
            Pematang yang terlihat jelas itu seakan-akan mengundang saya untuk menapakinya. Saya kemudian mengajak keponakan kecil saya yang saat itu masih berusia 3 tahun. Sambil bergandengan tangan, kami berjalan menyusuri pematang. Bergandengan tangan akan lebih mudah apabila kita berjalan bersisian. Agak susah kalau berjalannya berurutan. Apalagi tinggi kami tidak sama.
            Keponakan kecil saya ini sangat suka bermain dan berlari-lari. Saat itu, ia pun tidak tahan untuk berlari. Sementara saya berteriak-teriak memanggil namanya dari belakang. Anak kecil itu memelankan langkahnya sebentar. Tak lama kemudian dia akan kembali melaju. Kejadian ini berulang berkali-kali.
            Walaupun kejadian yang mirip-mirip itu terulang berkali-kali, saya tidak bosan. Saya malah senang melihat keponakan saya itu tertawa gembira sambil berlari-lari. Anak ini lebih mengenal tempat itu daripada saya. Dari ceritanya, tempat ini adalah tempat bermain favoritnya. Dia tahu tempat saluran air yang ada ikannya. Dia juga tahu tempat padi yang baru ditanam.
            Setelah beberapa jam, kami kembali ke tempat makan itu. Saya segera menghabiskan 2 gelas minuman. Saya juga memaksa keponakan kecil saya itu untuk minum supaya badannya tetap terhidrasi dengan baik. Kami pulang tak lama kemudian.
            Kegembiraan bermain dengan keponakan membuat saya melupakan rasa lelah di tubuh saya. Sepulangnya dari tempat itu, barulah badan saya terasa lelah. Sangat lelah tepatnya. Saya tertidur sampai 4 jam. Itu waktu tidur siang yang sangat lama. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini