Saat
ini saya sering berjalan kaki sepulang kerja. Saya sengaja turun di halte bus
yang letaknya tidak terlalu dekat dari rumah. Saya cukup menyukai rute yang
saya lewati ini karena melewati tempat menjual bunga. Pemandangan yang lumayan
menyegarkan mata.
Nah,
pemandangan berbunga-bunga itu ada di kiri jalan. Di sebelah kanan saya ada
jalan rasa yang selalu ramai. Saya biasanya juga melewati pangkalan ojek,
bajaj, dan angkot. Sering kali ada yang menawarkan jasanya saat saya melewati
mereka. Yang paling gigih menawarkan adalah angkot. Seperti angkot pada
umumnya, kendaraan kecil ini baru akan dijalankan apabila penumpangnya sudah
cukup banyak.
Walaupun
tidak pernah naik angkot di daerah itu, saya selalu melihat ke arah angkotnya.
Selain karena sopan santun, saya juga penasaran melihat sudah ada berapa
penumpang di dalam angkot itu.
Suatu
malam, saya melihat angkot yang isinya sudah hampir penuh. Saat mau mengalihkan
pandangan, saya melihat ada sampah yang dibuang dari jendela depan. Pandangan
saya langsung otomatis melihat kepada orang yang membuang sampah itu. Pandangan
kami saling bertemu. Ia terlihat malu, seperti tertangkap basah melakukan
sesuatu.
Saya
tidak berkata apa-apa, tetapi pandangan saya berubah menjadi galak. Perempuan
muda itu segera mengalihkan pandangannya. Saya pun kemudian berlalu. Saya agak
jengkel selama sekitar 1 atau 2 menit. Setelah itu pikiran saya berpindah
kepada hal lain.
Malamnya,
saya kempabi kepikiran hal itu. Orang yang membuang sampah itu tidak peduli
sama sekali. Keberadaannya di angkot membuktikan bahwa ia akan meninggalkan
tempat itu, tempat kami bertemu itu. Tempat itu tidak jauh dari tempat tinggal
saya. Saya jadi merasa berhak untuk menegurnya. Lain kali, saat bertemu dengan
orang yang membuang sampah sembarangan di sekitar tempat tinggal saya, maka
akan saya tegur. Kalau perlu sampahnya akan saya pungut, dan akan saya
kembalikan kepada pembuangnya. {ST}