Ana

Jumat, 29 Maret 2019

Mencoba Naik MRT Jakarta





            Bulan Maret 2019 diramaikan oleh berita tentang MRT. Mass rapid transit, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi moda raya terpadu itu akhirnya dapat beroperasi. Selama masa uji coba pada bulan Maret ini masyarakat boleh mencoba alat transportasi masal ini tanpa biaya. Walaupun tanpa biaya, calon penumpang tetap harus mendaftar secara daring.
            Masa uji coba ini digunakan oleh masyarakat semua kalangan yang penasaran dengan angkutan massal itu. Ada yang belum pernah sama sekali menaiki moda transportasi seperti ini. Ada juga kalangan menengah atas yang sudah pernah menaiki moda transportasi ini di negara lain.
            Saya bersyukur dapat merasakan uji coba MRT ini lengkap dengan pemandunya. Pemandunya tidak hanya dari pengelola MRT, pengelola Transjakarta juga ikut memandu. Kedua moda transportasi yang beroperasi di Jakarta itu memang direncanakan untuk berintegrasi. Saat ini memang belum banyak yang terintegrasi. Akan tetapi sudah ada awal baik untuk integrasi transportasi ini.
            Pada saat uji coba itu, kartu elektronik untuk memasuki stasiun belum diberlakukan. Mesin-mesin untuk kartu mandiri itu juga belum ada yang berfungsi. Baru kereta dan stasiunnya saja yang dapat berfungsi. Stasiun dan kereta inilah yang menjadi tujuan dari rasa penasaran masyarakat. Ada banyak foto-foto yang beredar di media sosial, dari yang semacam turis biasa sampai yang noraknya luar biasa. Saya termasuk yang norak level sedang he he he….
            Ada beberapa pose yang mengundang reaksi warganet. Antara lain ada yang berdiri di jok tempat duduk. Ada yang senam di ring pegangan. Ada juga yang piknik di stasiun. Selain itu ada juga yang buang sampah sembarangan. Banyak, deh. Saya, sih, lebih mencari foto-foto bentuk keretanya. Foto-foto jenis ini tidak saya temukan di linimasa media sosial saya. Akhirnya saya memotretnya sendiri.
            Pada kesempatan uji coba itu, saya mencoba rute Bundaran HI ke Lebak Bulus. Kedua stasiun ini adalah ujung dari rute perjalanan MRT. Saya memang sengaja ingin mencoba rute terjauh dan paling ujung untuk merasakan pengalaman lengkap.
            Saat mengantre masuk, pengunjung yang ada saat itu terlihat cukup tertib mengantre. Hanya beberapa kali para petugas menegur orang yang keluar dari batas antrean. Kami menanti sekitar 10 menit sampai akhirnya gerbong yang kami nantikan tiba. Saya mengabadikan beberapa momen dari saat antre, pintu kereta membuka, sampai berada di dalam gerbong.
            Sebagai orang yang antre paling depan, saya sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk duduk di dalam gerbong itu. Namun, saya memilih untuk berdiri karena ingin melihat ke jendela, ke arah luar. Apalagi saat itu ada beberapa orang yang lebih tua dari saya. Ada seorang om dan dua orang tante yang masuk tak laam setelah saya. Akhirnya saya berdiri di dekat mereka duduk.
            Keinginan saya untuk melihat dunia luar awalnya agak mengecewakan. MRT yang dijalankan di dalam terowongan itu tidak dapat memperlihatkan pemandangan yang indah. Pemandangannya hanya tembok dan beberapa kali terlihat kegelapan. Saya akhrinya mengobrol dengan orang-orang di sekitar saya itu. Dari obrolan itu, saya mengetahui kalau mereka sudah pernah naik MRT sebelumnya, di negara lain tentunya.
            “Biasa aja, sih. Kaya di Singapur,” kata seorang ibu yang tampaknya pernah berkunjung ke Singapura.
            “Tapi kalau di sana, kan, kita tamu. Ini rumah kita sendiri,” tanggap saya.
            “O iya, bener. Ini rumah kita sendiri,” sahutnya lagi dengan wajah tersenyum bangga.
            Salah seorang dari kenalan baru saya itu bahkan tinggalnya di luar negeri. Ia datang ke Indonesia untuk urusan bisnis. Kesempatan ini ia pergunakan untuk mencoba menaiki MRT. Walaupun pembangunan di Indonesia cukup ketinggalan dibandingkan dengan negara lain, bapak itu tidak dapat menyembunyikan kebanggaannya pada langkah maju transportasi di Indonesia ini.
            Kami semua, para penumpang yang baru bertemu saat itu, berharap kalau moda tranportasi ini membawa dampak baik bagi masyarakat dan lingkungan. Semoga juga bangsa Indonesia dapat merawat kendaraan ini dengan baik. Masyarakatnya oun tertib dan saling menghargai. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini