Saya
pernah bertemu dengan beberapa ibu dan bapak yang usianya kira-kira sebaya
orang tua saya. Mereka ini berbincang sambil mengomeli tentang anak zaman
sekarang yang tidak lagi mau belajar bahasa daerah. Anak zaman sekarang itu
berarti juga anak-anak mereka yang sebagian besar saya kenal juga.
Sama
seperti saya, anak-anak mereka itu juga tidak fasih berbahasa daerah. Mereka bahkan
lebih parah dari saya. Saya masih bisa berbahasa daerah, terutama bahasa Dayak
Ngaju dan Banjar. Hanya saja saya sudah kehilangan aksen atau logatnya.
Kembali
kepada orang-orang tua yang mengomel dan menyalahkan anak-anaknya itu. Saya
rasa omelan mereka itu sebaiknya ditujukan kepada diri mereka sendiri.
Anak-anak itu tidak bisa berbahasa daerah karena tidak ada yang mengajarinya.
Kalau diajari, tentunya mereka akan bisa, atau minimal paham artinya walaupun
tidak bisa menyuarakannya. Hmmm… Sepertinya pendapat ini juga mewakili pendapat
saya, ya….
Ada
satu lagi kendala yang sering saya dengar dari teman-teman saya. Mereka
sepertinya memang sengaja tidak diajari bahasa itu karena bahasa itu digunakan
oleh kedua orang tua mereka untuk membicarakan hal-hal yang rahasia.
Pembicaraan ini dilakukan dengan berbisik-bisik. Anak-anak yang kepo ingin tahu
langsung diminta pergi. Nah, kalau begini, bagaimana carannya mau belajar
bahasa daerah?
Saat
ini perlu niat dan usaha yang lebih untuk belajar bahasa daerah. Sarana untuk
belajar bahasa daerah makin berkurang. Orang yang fasih menggunakannya sudah
banyak yang meninggal. Ada juga yang hanya bisa berbahasa daerah tetapi tidak
bisa berbahasa Indonesia. Yang seperti ini juga menjadi kendala karena mereka
tidak bisa mengajarkannya.
Sebaliknya,
sarana untuk belajar bahasa asing dari luar negeri bertambah banyak. Ada banyak
sekali tempat kursus bahasa asing. Bahasa asing bahkan dapat dipelajari secara
daring menggunakan telepon genggam Ada juga kelas bahasa yang dilangsungkan
secara daring. Pokoknya makin mudah, deh.
Melihat
kenyataan ini, saya makin kepikiran bagaimana caranya melestarikan bahasa
daerah. Cara termudah ya dengan belajar bahasa itu. Minimal ada 1 orang, yaitu
saya, yang belajar bahasa tersebut. Setelah menguasainya barulah mengajak-ajak
orang lain untuk mengikuti jejak saya. {ST}