Ana

Minggu, 31 Maret 2019

Beli Pisang Kepok




            Saya jarang melihat sesisir pisang kepok yang masih ada kulitnya. Biasanya saya melihat pisang kepok dalam bentuk pisang goreng atau bagian dari kolak. Pernah juga, sih, dalam bentuk pisang rebus.
            Melihat sesisir pisang kepok membuat saya cukup senang. Pisang yang digantung di gerobak sayur itu kemudian berpindah tangan. Pisang itu kami beli. Sorenya, pisang kepok itu sudah berubah wujud menjadi pisang goreng. {ST}

Jumat, 29 Maret 2019

Mencoba Naik MRT Jakarta





            Bulan Maret 2019 diramaikan oleh berita tentang MRT. Mass rapid transit, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi moda raya terpadu itu akhirnya dapat beroperasi. Selama masa uji coba pada bulan Maret ini masyarakat boleh mencoba alat transportasi masal ini tanpa biaya. Walaupun tanpa biaya, calon penumpang tetap harus mendaftar secara daring.
            Masa uji coba ini digunakan oleh masyarakat semua kalangan yang penasaran dengan angkutan massal itu. Ada yang belum pernah sama sekali menaiki moda transportasi seperti ini. Ada juga kalangan menengah atas yang sudah pernah menaiki moda transportasi ini di negara lain.
            Saya bersyukur dapat merasakan uji coba MRT ini lengkap dengan pemandunya. Pemandunya tidak hanya dari pengelola MRT, pengelola Transjakarta juga ikut memandu. Kedua moda transportasi yang beroperasi di Jakarta itu memang direncanakan untuk berintegrasi. Saat ini memang belum banyak yang terintegrasi. Akan tetapi sudah ada awal baik untuk integrasi transportasi ini.
            Pada saat uji coba itu, kartu elektronik untuk memasuki stasiun belum diberlakukan. Mesin-mesin untuk kartu mandiri itu juga belum ada yang berfungsi. Baru kereta dan stasiunnya saja yang dapat berfungsi. Stasiun dan kereta inilah yang menjadi tujuan dari rasa penasaran masyarakat. Ada banyak foto-foto yang beredar di media sosial, dari yang semacam turis biasa sampai yang noraknya luar biasa. Saya termasuk yang norak level sedang he he he….
            Ada beberapa pose yang mengundang reaksi warganet. Antara lain ada yang berdiri di jok tempat duduk. Ada yang senam di ring pegangan. Ada juga yang piknik di stasiun. Selain itu ada juga yang buang sampah sembarangan. Banyak, deh. Saya, sih, lebih mencari foto-foto bentuk keretanya. Foto-foto jenis ini tidak saya temukan di linimasa media sosial saya. Akhirnya saya memotretnya sendiri.
            Pada kesempatan uji coba itu, saya mencoba rute Bundaran HI ke Lebak Bulus. Kedua stasiun ini adalah ujung dari rute perjalanan MRT. Saya memang sengaja ingin mencoba rute terjauh dan paling ujung untuk merasakan pengalaman lengkap.
            Saat mengantre masuk, pengunjung yang ada saat itu terlihat cukup tertib mengantre. Hanya beberapa kali para petugas menegur orang yang keluar dari batas antrean. Kami menanti sekitar 10 menit sampai akhirnya gerbong yang kami nantikan tiba. Saya mengabadikan beberapa momen dari saat antre, pintu kereta membuka, sampai berada di dalam gerbong.
            Sebagai orang yang antre paling depan, saya sebenarnya mendapatkan kesempatan untuk duduk di dalam gerbong itu. Namun, saya memilih untuk berdiri karena ingin melihat ke jendela, ke arah luar. Apalagi saat itu ada beberapa orang yang lebih tua dari saya. Ada seorang om dan dua orang tante yang masuk tak laam setelah saya. Akhirnya saya berdiri di dekat mereka duduk.
            Keinginan saya untuk melihat dunia luar awalnya agak mengecewakan. MRT yang dijalankan di dalam terowongan itu tidak dapat memperlihatkan pemandangan yang indah. Pemandangannya hanya tembok dan beberapa kali terlihat kegelapan. Saya akhrinya mengobrol dengan orang-orang di sekitar saya itu. Dari obrolan itu, saya mengetahui kalau mereka sudah pernah naik MRT sebelumnya, di negara lain tentunya.
            “Biasa aja, sih. Kaya di Singapur,” kata seorang ibu yang tampaknya pernah berkunjung ke Singapura.
            “Tapi kalau di sana, kan, kita tamu. Ini rumah kita sendiri,” tanggap saya.
            “O iya, bener. Ini rumah kita sendiri,” sahutnya lagi dengan wajah tersenyum bangga.
            Salah seorang dari kenalan baru saya itu bahkan tinggalnya di luar negeri. Ia datang ke Indonesia untuk urusan bisnis. Kesempatan ini ia pergunakan untuk mencoba menaiki MRT. Walaupun pembangunan di Indonesia cukup ketinggalan dibandingkan dengan negara lain, bapak itu tidak dapat menyembunyikan kebanggaannya pada langkah maju transportasi di Indonesia ini.
            Kami semua, para penumpang yang baru bertemu saat itu, berharap kalau moda tranportasi ini membawa dampak baik bagi masyarakat dan lingkungan. Semoga juga bangsa Indonesia dapat merawat kendaraan ini dengan baik. Masyarakatnya oun tertib dan saling menghargai. {ST}

Rabu, 27 Maret 2019

Belalang di Kabel




            Saat sedang membersihkan perlengkapan hidroponik, saya dikejutkan oleh belalang kecil. Belalang itu hinggap di kabel pompa air. Saat saya mendekatinya, belalang itu melompat. Saat itu terlihat ada 3 ekor belalang yang melompat-lompat di sekitar situ.
            Ini adalah pertama kalinya saya melihat belalang di tempat tanaman hidroponik saya yang letaknya di balkon kamar itu. Belalang, walaupun pernah saya lihat di Jakarta, tidak terlalu sering terlihat di sekitar rumah saya, apalagi di balkon kamar saya itu. {ST}

Senin, 25 Maret 2019

Tempe yang Belum Jadi Tempe




            Selama ini saya membeli tempe yang sudah jadi tempe. Walaupun tahu bahwa tempe terbuat dari kacang kedelai, saya belum pernah melihat bagaimana cara membuatnya. Kacang-kacang kedelai itu dapat menyatu karena adanya jamur yang tumbuh di danataranya sebagai perekat.
            Cara membuat tempe sepertinya cukup mudah. Kacang kedelai yang sudah dibersihkan dan diberi ragi kemudian dibungkus. Setelah itu tinggal ditunggu sampai kedelai itu berubah menjadi tempe.
            Saya mendapat kesempatan untuk melihat tempe yang belum jadi. Asisten rumah tangga kami sengaja membeli tempe yang belum jadi supaya lebih awet. Tempe belum jadi itu dikemas dalam kemasan plastik. Bentuknya seperti kacang kedelai biasa dan terlihat belum menyatu. Keesokan harinya, kumpulan kacang kedelai itu telah berubah menjadi tempe. {ST}

Sabtu, 23 Maret 2019

Menjadi Saksi Orang yang Buang Sampah ke Jalan




            Saat ini saya sering berjalan kaki sepulang kerja. Saya sengaja turun di halte bus yang letaknya tidak terlalu dekat dari rumah. Saya cukup menyukai rute yang saya lewati ini karena melewati tempat menjual bunga. Pemandangan yang lumayan menyegarkan mata.
            Nah, pemandangan berbunga-bunga itu ada di kiri jalan. Di sebelah kanan saya ada jalan rasa yang selalu ramai. Saya biasanya juga melewati pangkalan ojek, bajaj, dan angkot. Sering kali ada yang menawarkan jasanya saat saya melewati mereka. Yang paling gigih menawarkan adalah angkot. Seperti angkot pada umumnya, kendaraan kecil ini baru akan dijalankan apabila penumpangnya sudah cukup banyak.
            Walaupun tidak pernah naik angkot di daerah itu, saya selalu melihat ke arah angkotnya. Selain karena sopan santun, saya juga penasaran melihat sudah ada berapa penumpang di dalam angkot itu.
            Suatu malam, saya melihat angkot yang isinya sudah hampir penuh. Saat mau mengalihkan pandangan, saya melihat ada sampah yang dibuang dari jendela depan. Pandangan saya langsung otomatis melihat kepada orang yang membuang sampah itu. Pandangan kami saling bertemu. Ia terlihat malu, seperti tertangkap basah melakukan sesuatu.
            Saya tidak berkata apa-apa, tetapi pandangan saya berubah menjadi galak. Perempuan muda itu segera mengalihkan pandangannya. Saya pun kemudian berlalu. Saya agak jengkel selama sekitar 1 atau 2 menit. Setelah itu pikiran saya berpindah kepada hal lain.
            Malamnya, saya kempabi kepikiran hal itu. Orang yang membuang sampah itu tidak peduli sama sekali. Keberadaannya di angkot membuktikan bahwa ia akan meninggalkan tempat itu, tempat kami bertemu itu. Tempat itu tidak jauh dari tempat tinggal saya. Saya jadi merasa berhak untuk menegurnya. Lain kali, saat bertemu dengan orang yang membuang sampah sembarangan di sekitar tempat tinggal saya, maka akan saya tegur. Kalau perlu sampahnya akan saya pungut, dan akan saya kembalikan kepada pembuangnya. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini