Ada
beberapa fasilitas yang membatasi tinggi badan anak kecil yang menggunakannya. Misalnya
kendaraan umum seperti bus, ada batas tinggi badan seorang anak. Anak yang
tingginya lebih dari batas itu harus membayar tiket masuk karena asumsinya akan
menduduki kursi sendiri. Ada juga yang membatasi tinggi badan karena keamanan.
Nah, yang seperti ini biasanya di fasilitas hiburan seperti di Dunia Fantasi.
Beberapa
wahana di taman hiburan ini membatasi tinggi badan orang yang akan
menggunakannya. Kalau yang ini karena alasan keamanan. Saya pernah menanyakan
tentang hal ini kepada pengelolanya. Alat-alat pendukung keamanan yang
digunakan di tempat itu biasanya untuk orang dewasa atau dengan tinggi badan
tertentu. Mendengar penjelasan itu, saya turut mendukung pembatasan tinggi
badan di wahana wisata itu.
Yang
namanya daerah wisata, biasanya dikunjungi oleh banyak anak-anak. Nah, beberapa
dari anak-anak ini ada yang tingginya belum mencapai syarat yang telah
ditentukan. Ada yang dapat menerima ketentuan itu, ada juga yang mengambek atau
menangis. Kalau saya mengenal anak-anak yang ngambek ini, biasanya saya akan
mencoba mengalihkan perhatiannya. Mereka lebih baik tidak menaiki wahana itu
dulu karena alasan keamanan.
Suatu
kali, saya berbincang dengan seorang anak berusia sekitar 3 atau 4 tahun. Anak
ini bercerita tentang kunjungannya ke Dufan. Ia suka mencoba berbagai macam
wahana sampai-sampai ada yang dicobanya sebanyak 5 kali. Saya sangat kagum
mendengarnya. Kemudian saya teringat sesuatu, tentang syarat tinggi badan itu.
“Emangnya
tingginya sudah cukup?” tanya saya ingin tahu.
Pertanyaan
itu dijawab oleh orang dewasa yang mendampinginya. Mereka menjelaskan kalau
tinggi badan anak itu sebenarnya belum cukup tetapi diakali. Anak itu memakai
sepatu yang tinggi haknya sekitar 3 cm dan memakai celana panjang yang menutupi
sepatu itu. Saat diukur, anak itu tingginya pas di ambang batas persyaratan.
Bermodalkan tinggi badan itulah anak itu menikmati anek wahana yang seharusny
belum boleh ia nikmati.
Mendengar
cerita itu, saya mengangguk-angguk bingung. Syukurnya anak itu baik-baik saja.
Tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Anak itu juga merasa senang karena
dapat menikmati aneka permainan. Saya agak prihatin karena sejak kecil anak itu
sudah diperkenalkan dengan ketidakjujuran yang dianggap benar. Semoha saja
kelak anak itu tumbuh sebagai anak yang jujur. {ST}