Om
Galui adalah orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan saya dan
saudara-saudara. Om yang masih sepupu dengan ibu kami ini pernah tinggal
bersama kami. Dialah yang sering mengantar jemput kami ke sekolah pada waktu
kami masih kecil dulu.
Karena
tinggal di rumah yang sama, ia pula yang mengawasi beberapa kegiatan kami. Saya
dan ketiga saudara kandung saya termasuk kreatif untuk mencari permainan.
Kadang-kadang permainan itu membahayakan diri sendiri. Namun, karena asyik,
kami tetap melakukannya. Om Galui-lah yang mengingatkan. Kadang-kadang memarahi
juga, sih.
Galui
itu sebenarnya nama panggilan. Nama aslinya adalah Heldie. Entah bagaimana
sejarahnya namanya berubah menjadi Galui yang tidak ada kemiripannya sama
sekali dengan nama aslinya. Kami juga tahu hal itu secara tak sengaja saat Om
Galui menjadi pegawai dan kami melihat tanda namanya.
Di
hari terakhir tahun 2018, kami menerima kabar sedih. Om Galui telah kembali ke
rumah Bapa di Sorga. Ia meninggal pukul 16.00 WIB, saat semua orang sedang
bersiap-siap menyambut datangnya tahun baru.
Om
Galui memang sudah cukup lama sakit. Ia pernah kena stroke. Selain itu ada
beberapa penyakit yang timbul akibat gaya hidup masa mudanya. Selama tubuhnya
kurang sehat itu, Om Galui sering berobat ke Banjarmasin ditemani oleh
istrinya. Perkembangan kesehatannya agak lambat. Apalagi ada saatnya Om Galui
tidak terlalu bersemangat untuk sembuh, yang artinya juga tidak terlalu
bersemangat untuk hidup.
Setelah
Om Galui sakit, kami selalu berusaha mengunjunginya apabila berkunjung ke kota
tempat tinggalnya di Palangkaraya. Selain memberikan doa, kami tidak dapat
membantu banyak demi kesembuhannya. Sepertinya kepergiannya kali ini memang
yang sudah terbaik baginya dan keluarganya. Semoga istri, anak, dan semua
keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan dan penghiburan. {ST}