Pada
akhir tahun 2018 sampai awal bulan Januari 2019 ini kerap terjadi hujan di
Jakarta. Hujan disertai angin beberapa kali terjadi di sekitar tempat saya
beraktivitas. Hujan yang disertai angin kencang juga terjadi di beberapa daerah
lain di Indonesia. Saya menuliskan sebuah artikel kecil tentang ini.
Sebagai
pelindung supaya tidak kehujanan, banyak orang yang membawa payung. Saya juga
selalu membawa payung di tas saya untuk berjaga-jaga. Payung itu sering sekali
saya gunakan akhir-akhir ini. Baik di pagi hari saat hendak pergi bekerja,
maupun di sore hari.
Suatu
pagi, saya berjalan memakai payung ke halte bus di dekat rumah saya. Dari situ
saya kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan bus transjakarta. Saya
langsung menaiki bus yang paling cepat datangnya tanpa menunggu ada atau
tidaknya tempat duduk yang kosong. Nah, di bus ini saya tidak kebagian tempat
duduk. Saya terpaksa berdiri sambil memegang payung saya yang basah.
Payung
basah itu saya pegang di tangan yang sama dengan yang saya gunakan untuk
memegang tiang. Sementara tangan saya yang satunya lagi untuk memegang pegangan
yang menggantung di atas. Sambil berdiri, saya melihat-lihat pemandangan di
luar.
“Mbak,
basah, Mbak,” kata orang yang duduk di depan saya.
Saya
terkejut mendengarnya. Saya juga teringat pada kalimat yang diucapkan oleh Pak
Jokowi dalam salahs atu vlognya. Pada vlog itu ceritanya Pak Jokowi sedang
bermain di sekitar kolam renang bersama cucunya.
Saya
celingukan mencara apa yang dikatakan basah itu. Ternyata payung saya yang
basah. Payung itu meneteskan air di sepanjang tiang yang saya pegang. Sebagian
airnya mengenai ibu yang duduk di depan saya itu. Melihat hal itu, saya
serta-merta meminta maaf pada ibu itu. Saya kemudian meletakkan payung saya di
bawah, dekat kaki saya. {ST}