Buah
ceplukan menjadi bagian dari masa kecil saya yang menyenangkan. Buah kecil ini
tumbuh liar di sekitar tempat tinggal saya di Palangkaraya. Buah ini terbungkus
lapisan seperti daun. Untuk memakan isinya, kita perlu merobek bungkusnya dulu.
Buah kecil ini rasanya manis asam. Hmm… atau asam manis, ya? Banyakan asamnya,
sih.
Setelah
pindah ke Jakarta, saya hidup di tengah-tengah kota besar ini. Saya tidak pernah
lagi menemukan buah ceplukan. Kalau temannya, si buah kemot, masih ada terlihat
tumbuh liar. Buah ini kemudian menghilang dari kehidupan saya sampai akhirnya
saya melihatnya lagi di sebuah supermarket.
Buah
ceplukan yang dijual di supermarket itu dikemas dalam kotak plastik dan
dipajang di rak pendingin. Harganya lumayan mahal juga, mirip-mirip dengan
harga buah anggur dan kiwi yang dipajang di dekatnya. Jumlah pajangannya pun
banyak. Sepertinya buah ini dipajang di sini karena memang ada potensi
pembelinya.
Saat
melihat buah itu, saya berpikir kalau buah itu dijual sebagai pelipur kenangan.
Tentunya banyak orang dewasa, yang sekarang sudah mapan, ingin mengenang masa
kecilnya yang menyenangkan. Ternyata tidak hanya itu, lo. Buah kecil ini
diyakini memiliki banyak khasiat. Kalau dilihat dari beberapa situs internet,
khasiatnya banyak sekali. Agak mirip seperti buah merah gitu, lah. Satu macam
buah khasiatnya banyak sekali.
Salah
satu khasiatnya (yang paling masuk akal) adalah sebagai antioksidan dan sumber
vitamin C. Paling masuk akal karena rasanya yang asam, mirip dengan sumber
vitamin C lainnya. Kapan-kapan saya akan membelinya. Selain untuk mengenang
masa kecil, juga supaya kulit halus dan mulus. {ST}