Ana

Rabu, 30 Januari 2019

Jalur Kereta Api di Pulau Jawa




            Pulau Jawa adalah pulau pertama yang memiliki jalur kereta api di Indonesia. Pembangunan jalur kereta api ini sudah dilakukan oleh Belanda saat negeri ini masih dikenal sebagai Hindia Belanda. Jalur kereta api itu memudahkan transportasi orang dan barang dibandingkan dengan moda transportasi lainnya.
            Bangsa Belanda datang ke Indonesia memang tujuannya untuk mengambil sumber daya sebanyak-banyaknya. Membuat jalur kereta api ini sepertinya juga bagian dari strategi itu. Mengangkut barang menggunakan kendaraan yang bergerak di atas rel itu dapat lebih banyak dan cepat.
            Adanya rel kereta ini juga membuat daerah sekitarnya lebih maju. Dengan adanya akses untuk mengangkut barang, lebih mudah pula bagi penduduk sekitar rel tersebut untuk menjual barang hasil buminya.
            Rel kereta juga membuat transportasi orang lebih mudah. Kota-kota yang terhubung oleh jalur kereta api adapat bepergian lebih mudah dibandingkan dengan daerah lainnya. Wawasan dan juga tingkat pendidikannya juga meningkat.
            Setelah Indonesia merdeka, jalur kereta api yang dahulu dibangun oleh Belanda masih tetap digunakan. Tidak banyak jalur baru yang ditambahkan setelah 70 tahun Indonesia merdeka. Sampai saat ini jalur kereta api di Pulau Jawa masih yang terbanyak. {ST}

Senin, 28 Januari 2019

Salah Tulis Angka Tahun di Awal Tahun




            Tahun telah berganti menjadi tahun 2019. Saatnya memulai sesuatu yang baru dengan tekad yang baru dan juga kebiasaan baru. Banyak hal baru yang memang baru saya mulai di tahun 2019 ini. Namun, masih ada juga kebiasaan lama yang terus terulang. Kebiasaan lama itu adalah salah menulis angka tahun.
            Dari tahun ke tahun, saya sering salah menulis angka tahun di awal tahun. Kebiasaan menuliskan angka tahun di tahun sebelumnya masih melekat dan tidak bisa dihilangkan begitu saja. Perlu kesadaran penuh untuk tidak mengulanginya lagi. Di tahun 2019 ini juga demikian, saya beberapa kali menuliskan angka tahun 2018 di beberapa catatan. {ST}

Sabtu, 26 Januari 2019

Waktu untuk Main Game Dijadikan Waktu Belajar Bahasa Asing




            Banyak orang menginstal game di telepon genggamnya. Game ini menjadi teman saat sedang bosan atau di waktu senggang. Bahkan ada juga yang sengaja menyediakan waktu untuk bermain game setiap hari ini. Ini terjadi pada beberapa orang yang kecanduan main game.
            Saya tidak terlalu suka memainkan game yang membuat ketergantungan. Beberapa kali saya mencobanya dan tidak bertahan lama. Saya segera uninstall tak lama setelah mencobanya. Hanya ada 1 game yang rasanya bersemayam cukup lama di telepon genggam saya, Pou.
            Di awal tahun 2019 ini, saya memiliki telepon genggam baru. Saat mengisinya dengan berbagai aplikasi, saya juga mengintal beberapa game. Kebanyakan game yang “mencerdaskan” seperti teka-teki silang dan cari kata. Ada juga game yang tidak terlalu berguna tetapi menghibur.
            Selain aneka game itu, saya juga mengintall Duolingo, aplikasi untuk belajar bahasa asing. Tahun ini saya bertekad belajar bahasa asing baru selain bahasa Inggris. Saya juga belajar bahasa Inggris lagi dengan menggunakan aplikasi ini. Saya menetapkan target yang cukup tinggi dan ternyata selalu tercapai setiap harinya. Itu membuat saya bertekad untuk lebih banyak menggunakan waktu luang untuk belajar bahasa baru daripada bermain game. {ST}

Jumat, 25 Januari 2019

Pertama Kalinya Memberikan Bintang Satu Pada Pengemudi Grab Car




            Tadi malam saya pulang dengan menggunakan Grab Car. Seperti biasa, saya menggunakan pembayaran nontunai. Saya memang lebih suka menggunakan pembayaran nontunai karena lebih praktis dan tidak perlu mengotori tangan dengan memegang uang tunai.
            Mobil yang saya pesan itu datang tak lama setelah saya memesan. Pengemudi segera menjalankan mobilnya tak lama setelah saya masuk ke mobil. Kejadian ini biasa saja, sih. Seperti yang biasanya terjadi.
            Yang agak berbeda adalah jalan yang dipilih oleh pengemudi itu untuk menuju rumah saya. Saya sudah memeberikan jalan yang biasa saya gunakan tetapi ia memilih jalan yang ditunjukkan oleh map, yang sepertinya memang lebih dekat. Karena cukup yakin bahwa petunjuk map itu akan membawa kami ke rumah, saya tidak lagi memerhatikan jalan yang dipilih. Say amalah melihat-lihat linimasa di media sosial.
            Jalan yang dipilih oleh pengemudi itu ternyata berujung pada portal yang ditutup. Kami terpaksa memutar balik untuk mencari jalan lainnya. Nah, di sinilah si pengemudi itu mulai menunjukkan perilaku yang tidak menyenangkan.
            “Ooo diportal, ya? Apa sekarang sudah jam 9?” tanya saya sembari mengalihkan pandangan dari layar monitor telepon genggam saya.
            “Apanya yang jam 9? Ini sudah jam 10!” jawabnya dari balik kemudi.
            Saya lihat di telepon genggam saya, memang sudah lewat jam 10 malam. Setelah memutar balik itu, saya akhirnya memberi tahu jalan mana yang tidak diportal ujungnya. Sepanjang jalan itu ia mengeluhkan susahnya mengantar ke tempat-tempat yang jalannya diportal. Katanya itu membuat boros bensin dan bikin bangkrut, apalagi bayarnya dengan menggunakan nontunai. Omelan tentang bangkrut itu diulang berkali-kali sampai akhirnya saya menegurnya.
            “Kalau memang tidak mau mengantar orang yang bayar pakai nontunai ya enggak usah diambil ordernya,” kata saya dari bangku belakang.
            Perkataan saya itu rupanya ditanggapi dengan kemarahan. Pengemudi itu kembali ngomel. Kali ini mungkin lebih tepat disebut marah-marah, tentang betapa pembayaran nontunai yang menyusahkan apalagi kalau sampai nyasar di jalan karena boros bahan bakar.
            Saat itu saya sedang sangat kelelahan. Mendengar orang yang marah-marah dan sebenarnya bukan urusan saya itu membuat saya makin lelah. Akhirnya saya memutuskan untuk turun di supermarket dekat rumah saja. Supermarket itu letaknya belum mencapai rumah saya.
            “Memangnya turunnya di sini? Sudah bikin bangkrut turunnya bukan di tujuan lag,” kata pengemudi itu.
            Saya bertambah malas mendengarnya. Saya juga malas bertengkar. Kata-kata itu masih dilanjutkan dengan beberapa kata lain yang tidak mau saya tuliskan di sini karena tidak enak dibaca dan didengar.
            “Iya saya mau turun di sini. Saya juga tidak mau bapak masuk ke dalam kompleks rumah saya. Ntar malah bangkrut ha ha ha,” ucap saya mencoba bercanda.
            Setelah mengucapkan “terima kasih” yang sepertinya tidak terlalu tulus, saya membuka pintu mobil dan segera keluar. Sebelum saya menutup pintu, bapak itu berteriak, “Kalau gak suka kasih bintang 1 aja!”
            Permintaannya segera saya kabulkan beberapa menit kemudian. Saya memberi bintang 1 untuk pelayanannya hari itu. Bintang 1 dari 5 itu artinya pelayanannya sangat buruk. Biasanya saya tidak pernah memberikan bintang 1 walaupun pelayanan dan cara mengemudinya sanagt buruk. Ini adalah pertama kalinya saya memberikan bintang satu. {ST}

Kamis, 24 Januari 2019

Hujan Lebat yang Numpang Lewat


            Bulan Januari di Indonesia termasuk dalam musim hujan. Dengan situasi dunia yang agak kacau seperti sekarang ini, hujan tidak terjadi terus menerus. Kadang-kadang hujan dan gerimis terjadi sepanjang hari. Kadang-kadang diselingi panas terik Matahari.
            Kemarin malam saya berjalan-jalan di sekitar tempat tinggal saya. Saya sengaja mengambil rute yang agak jauh supaya dapat melangkah lebih banyak. Sejak tahun lalu saya memang rutin berjalan kaki dan menargetkan 6000 langkah per hari, yang cita-citanya akan naik menjadi 10000 langkah. Nah, kemarin malam itu langkah kaki saya baru sekitar 3000-an langkah.
            Saya melangkah santai sambil mendengarkan musik. Tiba-tiba ada angin kencang terasa. Angin itu disertai dengan butiran hujan yang ukurannya besar-besar. Saya langsung berlari untuk mencari tempat berteduh. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya.
            Saya kemudian membuka payung saya kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki pelan-pelan. Baru beberapa langkah dari tempat berteduh itu, hujannya berhenti. Rintik-rintik kecil pun sampai tak bersisa. Hujan itu seakan-akan cuma lewat saja.
            Setibanya di rumah, saya menceritakan tentang hujan aneh yang baru saja saya alami. Para penghuni rumah saya juga menyadari hal itu. Rupanya hujan numpang lewat seperti itu cukup sering terjadi di sekitar rumah kami. Pada hari itu saja sudah tiga kali hujan yang sebentar numpang lewat itu. Saya menyaksikan hujan yang ketiga. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini