Ana

Minggu, 16 Desember 2018

Penyesalan Setelah Potong Rambut


            Sudah berbulan-bulan saya berambut panjang. Rambut panjang saya itu mencapai punggung melewati tali bra. Rambut yang tebal itu biasanya saya jepit atau saya ikat. Kadang-kadang saya kepang.
            Memiliki rambut panjang bukan murni keinginan saya. Sebenarnya saya tidak sempat ke salon untuk memotong rambut. Setiap hari kerja sana pulang malam. Di akhir minggu hampir selalu ada kegiatan. Saya juga tidak terlalu berniat memotong rambut saya. Tidak terlalu menjadi prioritas karena dengan rambut panjang pun saya tetap dapat hidup tenang dan nyaman.
            Pada pertengahan bulan Desember 2018, akhirnya saya sempat juga ke salon untuk memotong rambut. Mas Mul, orang yang biasa memotong rambut saya, sampai heran melihat rambut saya yang sangat panjang itu. Dia mengomentari rambut saya itu sesaat setelah memasangkan jubah potong rambut ke saya.
            Sesaat setelah saya menunjukkan panjang rambut yang saya inginkan, langsung terdengar bunyi kres kres kres. Rambut saya dipotong. Tak lama kemudian, di bagian bawah kursi saya ada tumpukan hitam rambut. Itu semua rambut saya yang baru saja dipotong. Kepala saya terasa agak ringan.
            Saya menatap ke arah cermin selama rambut saya dikeringkan dan diblow. Saat semuanya sudah selesai, terlihat wajah saya agak sedikit berbeda. Rambut yang berbeda model membuat wajah saya agak berbeda walaupun orangnya sama saja. Terlihat lebih segar.
            Anehnya, di saat yang sama, saya juga merasa menyesal telah memotong rambut. Ini adalah sesuatu yang aneh, baru kali ini terjadi. Biasanya tidak ada perasaan sama sekali. Potong rambut bagi saya sama seperti potong kuku. Sesuatu yang rutin dilakukan dan tidak perlu dipikirkan. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini