Ana

Kamis, 06 Desember 2018

Keluarga yang Menerobos Pintu Masuk Halte


            Suatu pagi saat sedang menunggu bus di halte dekat rumah, ada bunyi keributan yang mengundang perhatian saya. Di pintu masuk halte, ada sepasang orang dewasa dengan 2 orang anak. Mereka mau masuk melewati pintu palang. Setelah mencoba tap kartu berkali-kali, penanda pintu tak kunjung berubah menjadi hijau. Sepertinya saldo di kartu elektronik yang mereka gunakan itu tidak cukup.
            “Ayo masuk sana. Lewat bawah sini,” kata ibu itu pada anak laki-lakinya.
            Anak laki-laki itu umurnya sekitar 10 atau 11 tahun. Ia segera menuruti ibunya. Sambil menunduk, ia menerobos palang pintu itu. Saat itu saya tercengang melihat ulah mereka. Ibu itu mengajarkan anaknya berbuat curang.
            Tak lama kemudian si ibu memberikan barang bawaannya kepada anaknya. Kemudian ia juga menunduk dan menerobos di bawah palang. Kali ini saya benar-benar menganga melihatnya. Si ibu itu juga melakukan kecurangan yang sama. Saat berada di dalam halte, ibu itu bertindak biasa saja. Sepertinya tidak ada rasa bersalah pada diri mereka. Seakan-akan itu adalah hal yang biasa mereka lakukan. Saya menjadi prihatin melihatnya.
            Di halte itu biasanya ada petugas yang berada di dekat pintu masuk. Petugas ini kadang-kadang menyapa calon penumpang dengan ramah. Kadang-kadang mereka mengawasi orang yang sedang tap kartu. Ada juga petugas yang membantu orang yang masih gagap menggunakan teknologi tap kartu. Ada juga yang hanya sekedar berdiri tetapi sibuk sendiri dengan telepon genggamnya.
            Kadang-kadang saya agak risi dengan para petugas yang terlihat mengawasi orang yang sedang tap kartu. Menurut saya itu adalah sesuatu yang tidak perlu dilakukan. Namun, sekarang saya berubah pikiran saat melihat keluarga yang menerobos pintu masuk halte itu. Sebaiknya memang ada petugas yang berjaga-jaga di dekat pintu masuk. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini