Akhir
tahun 2018 saatnya liburan bagi anak-anak sekolah. Kalau saya, sih, tetap
kerja. Banyak anak-anak terlihat di dalam bus yang saya tumpangi saat pergi
bekerja. Anak-anak itu kebanyakan berada dalam rombongan bersama dengan orang
tuanya.
Pagi
ini saya juga bertemu dengan rombongan anak-anak. Ada 4 orang anak dengan 2
orang ibu muda di dalam bus yang saya tempati. Mereka semua mendapatkan tempat
duduk sementara saya berdiri. Keempat anak itu semuanya berwajah ngantuk. Dua
anak yang masih balita bahkan ketiduran. Anak perempuan yang duduk di depan
saya sepertinya berumur sekitar 10 tahun.
Setelah
bus berjalan beberapa lama, anak di depan saya itu terlihat gelisah. Ibunya,
seorang perempuan muda yang duduk di dekatnya, ikut gelisah. Gerakannya yang
kasak-kusuk mengundang perhatian saya.
“Mana
O**o? Coba carikan, Kak,” kata ibu itu sambil kembali kasak-kusuk membuka-buka
tasnya.
Orang
yang disapa dengan sebutan “Kak” adalah anak yang lebih besar lagi, yang duduk
di sisi lain ibu itu. Anak itu mengambil buntelan kantong plastik dari bawah
tempat duduk dan membongkarnya dengan berisik. Ia mengeluarkan biskuit hitam
O**o dari dalam kantong itu kemudian menyerahkan kepada ibu muda itu.
Ibu
muda itu kemudian menyuapkan biskuit itu pada anaknya yang duduk di depan saya.
Lalu anak itu memegang biskuitnya dengan tangannya sendiri dan mengunyahnya
dengan santai. Setelah itu si ibu itu pun membagi-bagikan biskuit pada
rombongannya sebelum menyantapnya dengan berisik. Mereka tidak hanya makan,
tetapi juga minum. Betul-betul seperti piknik keluarga. Mereka betul-betul
mengabaikan peraturan dilarang makan dan minum di dalam bus.
Saya
yakin sekali kegiatan mereka itu menarik perhatian banyak penumpang lain dan juga
petugas transjakarta yang berdiri di dekat pintu. Namun, tidak ada yang
menegurnya. Saya juga tidak. Saya sebenarnya sudah sangat gatal untuk
menegurnya. Sempat juga kepikiran untuk memberitahukannya kepada petugas. Saya
juga sempat mau menegur anak yang duduk di depan saya itu.
Saat
tiba di halte tujuan, keluarga yang makan dan minum di dalam bus itu sudah
tidak lagi makan dan minum. Untuk sesaat saya masih berniat untuk
memberitahukan kepada petugas bus untuk menegur mereka. Mungkin mereka memang
bermaksud tidak peduli pada aturan, tetapi mungkin juga mereka melakukannya karena
tidak tahu aturan. Namun, saya mengabaikan niat itu karena waktu yang mendesak.
Dalam
perjalanan menuju kantor, saya menyesal. Seharusnya saya meluangkan waktu untuk
menegurnya. Mungkin saya akan dikira sebagai orang yang menyebalkan dan ikut
campur urusan orang lain. Namun, itu semua demi kepentiangan umum dan juga
kepentiangan anak-anak itu. Anak-anak itu, terutama anak yang duduk di depan
saya itu, seharusnya sudah dapat diajari tentang kehidupan sosial
bermasyarakat, termasuk menggunakan fasilitas umum seperti bus. Kadang-kadang
sesuatu yang tidak baik yang terjadi di sekitar kita itu karena banyak
orang-orang yang diam saja. Orang-orang yang tidak melakuakn aksi seakan-akan
tidak peduli, seperti saya tadi pagi. {ST}