Pada
pertengahan bulan Desember 2018, telepon genggam saya rusak total. Telepon itu
tidak bisa dinyalakan lagi walaupun sebentar. Saya tidak sempat memindahkan
beberapa data yang berada dalam telepon genggam itu.
Pada
saat telepon itu rusak, saya tidak langsung menggantinya. Selain karena
perhitungan biaya, saya juga masih mengharapkan telepon itu akan kembali
berfungsi. Kenyataannya, telepon say aitu tidak pernah pulih. Akibatnya, selama
beberapa hari saya tidak menggunakan hp sama sekali.
Tidak
menggunakan hp berarti saya tidak dapat mengakses fitur-fitur yang ada di
dalamnya. Saya tidak dapat ditelepon dan menelepon. Saya juga tidak terhubung
dengan media sosial. Tidak memantau berita dan tidak tahu apa yang sedang ramai
dibicarakan orang.
Selama
beberapa hari pertama, saya merasakan kegelisahan. Sepertinya saya sudah cukup
tergantung pada hp. Alat ini memang saya gunakan sejak bangun tidur. Alarm
untuk bangun tidur ada di situ. Catatan juga ada di situ. Saya sering mengetik
ide saya di hp untuk kemudian dikembangkan kemudian. Kalau soal terhubung
dengan orang, sepertinya tidak terlalu membuat saya gelisah. Paling-paling yang
saya pikirkan bagaimana menghubungi keluarga dan rekan kerja.
Dengan
adanya masalah hp ini membuat saya menjalani digital detox tanpa sengaja.
Ternyata lumayan menyegarkan juga, lo. Digital detox ini masih berlanjut saat
saya memiliki hp baru. Hp baru saya itu memang bisa digunakan, tetapi nomor
telepon yang biasa saya gunakan malah tidak dapat digunakan. Sampai catatan ini
saya buat, nomor telepon yang saya gunakan itu masih belum berfungsi.
Dari
beberapa artikel yang saya baca, sesekali melakukan digital detox itu baik bagi
kesehatan jiwa kita. Saya sebetulnya agak jengkel pada saat hp saya rusak dan nomor
teleponnya tidak berfungsi. Namun, akhirnya saya juga bisa bersyukur karena
sekalian digital detox tanpa sengaja. {ST}