Saya
adalah pengguna Gmail. Akun ini terhubung dengan telepon genggam saya. Akun ini
yang sering saya gunakan untuk keperluan-keperluan penting seperti membeli
tiket. Kemudahan mengakses akun itu membuat saya tidak mengunduh file yang ada
di email.
Suatu
kali saat sedang liburan di Bali, telepon genggam saya rusak. Entah rusak atau
sinyalnya yang bermasalah, yang jelas hari itu telepon genggam saya itu hampir
tidak dapat digunakan sama sekali. Berulang kali saya mematikan kemudian
menyalakannya lagi. Berulang kali pula telepon genggam itu hang.
Saya
agak panik saat telepon genggam itu tidak dapat diakses sama sekali. Saya
menyimpan tiket perjalanan saya di situ, dalam bentuk softcopy. Rencananya, saya akan berangkat esok harinya. Rasanya
tidak tenang saat tahu tiket itu tidak bisa saya akses.
Dalam
beberapa perjalanan sebelumnya, terutama apabila bertugas ke daerah terpencil,
saya akan mencetak tiketnya. Teringat akan itu, saya pun berniat mencetak tiket
saya itu. Saya pun pergi ke warnet, yang ajaibnya masih ada di kota ini.
Saya
segera membuka akun Gmail saya. Akun ini tidak segera terbuka. Ada perintah
untuk klik persetujuan di telepon genggam. Ini sebenarnya hal biasa apagila ada
login dari perangkat baru yang tidak dikenal. Tujuannya untuk mencetah
peretasan akun. Namun, kali ini telepon genggam saya tidak dapat diakses sama
sekali.
Saya
pun mencoba mematikan telepon kemudian menghidupkannya lagi. Siapa tahu bisa
digunakan. Saya juga mencoba login berkali-kali. Namun, tetap saja tidak ada
hasilnya. Tidak ada solusi lain untuk login selain klik persetujuan di telepon
genggam. Akhirnya saya pun menghentikan percobaan itu. Saya segera membayar
tagihan warnet sebesar Rp 2000. Masih ada, ya, jasa yang harganya murah banget
kaya gitu. Saya berniat esoknya akan datang lagi ke warnet itu.
Malamnya, saya masih mencoba menyalakan
telepon genggam saya. Kali ini saya menghubungkannya dengan wi-fi. Telepon itu
sempat dapat diakses. Saya segera menggunakan waktu itu untuk mencatat semua
informasi tentang keberangkatan saya esoknya. Walaupun tidak memiliki tiketnya,
minimal saya mengetahui kode booking,
jadwal keberangkatan, dan juga maskapai apa yang akan saya gunakan. Telepon
genggam saya kembali “kumat” saat saya menyelesaikan catatan itu. Saya tidak
lagi menyalakan telepon genggam itu sampai keesokan harinya.
Tanpa
sebab yang jelas, telepon genggam saya itu kembali pulih esok harinya. Saya
dapat menggunakannya untuk mengakses tiket keberangkatan saya. Dengan demikian,
saya tidak perlu lagi mengunjungi warnet yang saya datangi tadi malam. Ini
menjadi pelajaran bagi saya, apabila pergi ke daerah yang belum tentu ada
internetnya, lebih baik mencetak tiket sebagai cadangan. {ST}