Ibu
saya menggunakan BPJS untuk pelayanan kesehatannya. Biasanya ia akan pergi
sendiri ke rumah sakit yang telah dikenalnya cukup baik. Terutama untuk kontrol
rutin. Kami anak-anaknya kadang-kadang menemani. Kadang-kadang Mamah pergi
sendiri karena dia sudah tahu apa yang harus dilakukan. Kami yang tahu bahwa
pelayanan di rumah sakit itu selalu baik pun tidak terlalu khawatir.
Suatu
kali, Mamah harus dirujuk ke rumah sakit lain yang alat-alatnya lebih canggih.
Rumah sakit besar yang dikelola oleh TNI itu juga menerima pasien BPJS mandiri.
Rumah sakit ini agak asing bagi Mamah. Karena itu kami anak-anaknya berusaha
menemani sebisa mungkin setiap kali dia ke situ.
Kemarin
adalah giliran saya menemani Mamah. Adik saya sudah membekali dengan petunjuk rinci
tentang apa saja yang perlu dilakukan beserta dengan persyaratannya. Kami
berangkat dari rumah jam 7 pagi dan tiba di sana sektiar 20 menit kemudian.
Waktu yang menurut saya masih pagi.
Ternyata
sudah banyak orang yang ada di sana. Tempat duduk yang berada di ruang tunggu
sudah penuh orang. Sesekali saya mendapat tempat duduk. Namun, berkali-kali
saya memberikannya kepada orang lain yang lebih “berhak”, orang-orang lanjut
usia dan yang kondisi tubuhnya sedang tidak prima.
Seperti
biasa, saya membaca saat sedang menunggu. Saya membawa 2 buah buku yang sedang
saya baca. Membaca sambil berdiri ternyata lebih susah. Berkali-kali fokus
pandangan saya teralihkan. Tangan saya pun sempat agak gemetar saat memegang
buku yang agak berat. Akhirnya saya mengamati keadaan sekitar saja.
Di
sekitar saya banyak orang yang sudah lanjut usia. Beberapa ada yang tidak
kebagian tempat duduk. Saya melihat seorang ibu berambut putih sedang berdiri
sambil terkantuk-kantuk. Orang-orang yang duduk di dekatnya tidak ada yang memberikan
kursi. Mungkin karena mereka sama tuanya juga.
Beberapa
lainnya ada yang menggunakan kursi roda. Khusus yang ini tidak perlu
mencari-cari tempat duduk. Mereka sudah membawanya sendiri. Biasanya ada yang
menemani di sekitar mereka. Para pendamping inilah yang mendorong kursi-kursi
roda itu. O ya, walaupun membawa tempat duduknya sendiri, kursi roda itu juga
memerlukan tempat “parkir”. Nah, ini pun terlihat penuh.
Di
sekitar saya terlihat banyak orang yang tertidur sembari menunggu. Saya merasa agak
prihatin melihatnya. Apalagi beberapa orang memang terlihat tidak sehatnya.
Orang yang duduk di kursi roda tak jauh dari saya ternyata mau kontrol setelah
opname. Pantas saja wajahnya tidak terlalu segar.
Penantian
untuk mendapatkan nomor antrean ternyata cukup lama. Rasanya lebih dari satu
jam hanya untuk mendapatkan nomor antrean. Belum lagi untuk tindakannya. Saya
tidak tahu ada kendala di mana tepatnya. Namun, yang saya perhatikan
pelayanannya memang tidak terlalu tangkas. Masih banyak hal yang harus dibenahi
dari BPJS kesehatan di negara ini. Semoga saja ada langkah nyata untuk
memperbaiki pelayanan kesehatan di negara ini. {ST}