Ana

Senin, 05 November 2018

Mengunjungi Monkey Forest di Ubud




            Hutan Monyet di Ubud bernama Mandala Suci Wenara Wana. Hutan ini lebih dikenal dengan nama Monkey Forest, sebutan dalam bahasa Inggris. Tentunya itu sebutan yang paling beredar di tempat yang banyak dikunjungi turis itu. Beberapa penunjuk jalan juga menggunakan kata Monkey Forest dibandingkan dengan nama Wenara Wana.
            Saya mengunjungi hutan yang dihuni monyet ini pada suatu siang yang cerah. Perjalanan yang saya tempuh dengan berjalan kaki itu membuat saya perlu mengambil waktu sejenak untuk beristirahat. Saya duduk sejenak di depan pintu masuk hutan sambil menikmati minuman dan makanan kecil.
            Saat sedang mengamati beberapa dagangan di toko, saya melihat ada baju pajangan toko ada yang bergerak-gerak. Gerakannya tidak seperti gerakan angin. Ternyata gerakan itu disebabkan oleh 2 ekor monyet yang sepertinya sedang bermain atau berkejar-kejaran. Saya melihat penjaga toko tak jauh dari tempat itu. Ia melihat perbuatan para monyet itu tetapi tidak mengusirnya. Wajahnya terlihat biasa saja.
            Untuk menyusuri Monkey Forest dengan berjalan kaki, pengunjung harus melewati jalan setapak sepanjang beberapa ratus meter. Di sepanjang jalan setapak ini kita sudah dapat bertemu dengan beberapa monyet. Mereka berkeliaran dengan bebas. Monyet-monyet ini sepertinya sudah terbiasa dengan orang.
            Tiket masuk ke Monkey Forest harganya Rp 50.000 per orang. Harga tiket ini sama untuk semua pengunjung, baik orang dewasa atau anak-anak, baik bule maupun orang lokal. Biasanya ada daerah wisata yang membedakan harga tiket untuk pengunjung lokal dan turis luar negeri.
            Wenara Wana ditumbuhi oleh banyak pohon besar. Hutan ini sudah dilengkapi dengan jalan setapak tempat orang-orang dapat berjalan. Arah perjalanan pun sudah diatur sehingga tidak terjadi tabarakan arus pengunjung. Nah, sepanjang perjalanan itulah kita dapat melihat kehidupan para monyet.
            Di dalam hutan ini ada 3 buah pura, rumah ibadah agama Hindu. Pura dalam hutan ini masih digunakan untuk berdoa sampai sekarang. Turis yang datang tidak boleh memasuki pura ini. Walaupun demikian, pengunjung tetap dapat menikmati keindahan bangunannya dari luar. Bangunan itu juga menjadi tempat monyet beraktivitas.
            Saat berjalan-jalan di hutan ini, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi, antara lain tidak memberi makan monyet, memegang monyet, dan melakukan kontak mata. Melakukan kontak mata dapat dianggap sebagai menantang. Saya, kok, jadi teringat manusia juga ada yang seperti ini he he he… Selain itu juga harus menjaga barang-barang pribadi supaya tidak diambil oleh monyet.
            Saya memotret cukup banyak monyet di hutan ini. Ada beberapa kejadian menarik. Ada monyet-monyet yang sedang menggendong bayinya. Ada juga monyet yang minum air dari keran. Monyet yang meminum air dari keran itu mengundang perhatian banyak orang termasuk saya.
            Siang itu juga tepat saat jam pemberian makan monyet-monyet itu. Beberapa monyet mengerubungi tumpukan makanan yang ditempatkan di sebuah tempat khusus. Melihat mereka melahap makanannya menjadi salah satu atraksi di hutan ini. {ST}

Popular Posts

Isi blog ini