Hutan
Monyet di Ubud bernama Mandala Suci Wenara Wana. Hutan ini lebih dikenal dengan
nama Monkey Forest, sebutan dalam bahasa Inggris. Tentunya itu sebutan yang
paling beredar di tempat yang banyak dikunjungi turis itu. Beberapa penunjuk
jalan juga menggunakan kata Monkey Forest dibandingkan dengan nama Wenara Wana.
Saya
mengunjungi hutan yang dihuni monyet ini pada suatu siang yang cerah.
Perjalanan yang saya tempuh dengan berjalan kaki itu membuat saya perlu
mengambil waktu sejenak untuk beristirahat. Saya duduk sejenak di depan pintu
masuk hutan sambil menikmati minuman dan makanan kecil.
Saat
sedang mengamati beberapa dagangan di toko, saya melihat ada baju pajangan toko
ada yang bergerak-gerak. Gerakannya tidak seperti gerakan angin. Ternyata
gerakan itu disebabkan oleh 2 ekor monyet yang sepertinya sedang bermain atau
berkejar-kejaran. Saya melihat penjaga toko tak jauh dari tempat itu. Ia
melihat perbuatan para monyet itu tetapi tidak mengusirnya. Wajahnya terlihat
biasa saja.
Untuk
menyusuri Monkey Forest dengan berjalan kaki, pengunjung harus melewati jalan
setapak sepanjang beberapa ratus meter. Di sepanjang jalan setapak ini kita
sudah dapat bertemu dengan beberapa monyet. Mereka berkeliaran dengan bebas.
Monyet-monyet ini sepertinya sudah terbiasa dengan orang.
Tiket
masuk ke Monkey Forest harganya Rp 50.000 per orang. Harga tiket ini sama untuk
semua pengunjung, baik orang dewasa atau anak-anak, baik bule maupun orang
lokal. Biasanya ada daerah wisata yang membedakan harga tiket untuk pengunjung lokal
dan turis luar negeri.
Wenara
Wana ditumbuhi oleh banyak pohon besar. Hutan ini sudah dilengkapi dengan jalan
setapak tempat orang-orang dapat berjalan. Arah perjalanan pun sudah diatur
sehingga tidak terjadi tabarakan arus pengunjung. Nah, sepanjang perjalanan
itulah kita dapat melihat kehidupan para monyet.
Di
dalam hutan ini ada 3 buah pura, rumah ibadah agama Hindu. Pura dalam hutan ini
masih digunakan untuk berdoa sampai sekarang. Turis yang datang tidak boleh
memasuki pura ini. Walaupun demikian, pengunjung tetap dapat menikmati
keindahan bangunannya dari luar. Bangunan itu juga menjadi tempat monyet
beraktivitas.
Saat
berjalan-jalan di hutan ini, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi, antara
lain tidak memberi makan monyet, memegang monyet, dan melakukan kontak mata.
Melakukan kontak mata dapat dianggap sebagai menantang. Saya, kok, jadi
teringat manusia juga ada yang seperti ini he he he… Selain itu juga harus
menjaga barang-barang pribadi supaya tidak diambil oleh monyet.
Saya
memotret cukup banyak monyet di hutan ini. Ada beberapa kejadian menarik. Ada
monyet-monyet yang sedang menggendong bayinya. Ada juga monyet yang minum air
dari keran. Monyet yang meminum air dari keran itu mengundang perhatian banyak
orang termasuk saya.
Siang
itu juga tepat saat jam pemberian makan monyet-monyet itu. Beberapa monyet
mengerubungi tumpukan makanan yang ditempatkan di sebuah tempat khusus. Melihat
mereka melahap makanannya menjadi salah satu atraksi di hutan ini. {ST}