Makanan pinggir jalan, seperti namanya ya dijual di pinggir jalan.
Biasanya makanan pinggir jalan tidak terlalu memerhatikan kebersihan. Makanan
ini disajikan di pinggir jalan yang berdebu. Untuk penyiapan makanannya gak
tahu, deh, gimana. Lebih baik tidak terlalu memerhatikannya.
Walaupun
tidak higienis, kebanyakan makanan pinggir jalan rasanya enak. Ada anekdot yang
mengatakan kalau yang membuat rasanya enak ya kejorokannya itu he he he… kalau
makanan ini disajikan dalam keadaan yang terlalu bersih, malah rasanya kurang
enak.
Anekdot
itu ada yang menjadi kenyataan, lo. Saya beberapa kali mengalaminya. Jajajan
pinggir jalan yang sudah masuk ke restoran rasanya malah menjadi kurang enak.
Bahkan ada yang benar-benar tidak enak lagi. Sepertinya yang mengalami hal itu
tidak hanya saya, lo. Ada beberapa kenalan saya yang juga merasakannya.
Saya
jadi teringat nasi uduk di dekat rumah saya. Di jalan yang sama ada 2 tempat
menjual nasi uduk. Yang pertama di pinggir jalan, atau lebih tepatnya di
trotoar. Dapur, tempat penyajian, dan tempat bahan makanannya di pinggir jalan.
Tak jauh dari situ ada penjual nasi uduk di halaman sebuah rumah. Rumahnya
cukup bagus. Dapurnya berada di sebelah dalam rumah. Dari kedua tempat menjual
nasi uduk ini, yang lebih ramai justru yang di luar, yang di pinggir jalan itu.
Ramainya itu sampai luber ke trotoar bahkan ke seberangnya. Kontras banget,
deh.
Saya
juga pernah membeli jajanan pasar di sebuah foodcourt di mall. Saya langsung
kecewa pada suapan pertama. Rasanya agak jauh dari yang saya harapkan. Ada cita
rasa yang hilang. Seakan-akan itu adalah makanan yang berbeda. Yang jelas
makanan pinggir jalan lebih enak. {ST}