Belum
lama ini saya kembali dari liburan ke Bali, tepatnya ke Ubud. Di kota kecil
yang penuh dengan seni itu say alebih sering berjalan kaki. Tentunya dengan
membawa backpack hitam andalan saya.
Saya memakainya di bagian punggung seperti seharusnya.
Setelah
kembali ke Jakarta, saya masih sering menggunakan backpack ini untuk ke kantor.
Saya memakainya di punggung. Selain karena backpack
memang seharusnya dipakai di punggung, saya juga lebih suka menggunakannya di
punggung. Di Jakarta kebanyakan orang menggunakan backpack di bagian depan tubuhnya karena lebih mudah diawasi.
“Mbak,
tasnya tolong dipindahkan ke depan. Jaga-jaga aja,” tegur seorang petugas di
halte Transjakarta.
“O
iya,” jawab saya yang sempat merasa agak terganggu karena dicolek-colek.
Saya
pun menurut. Saya memindahkan backpack
ke bagian depan tubuh. Rasanya agak lebih berat dari biasanya. Rupanya liburan
selama beberapa hari itu telah membuat saya terbiasa menggunakan backpack di bagian belakang tubuh. Beban
yang saya bawa saat liburan jauh lebih berat. Namun, beban yang saya rasakan
kali itu, kok, rasanya lebih berat, ya….
Orang-orang
di Jakarta menggunakan backpack di bagian depan tubuh sekalian untuk memudahkan
pengawasan sehingga apabila ada orang yang berniat untuk mengambil isinya,
dapat langsung diatasi. Saya sebenarnya tidak terlalu suka ide ini. itu, kan,
artinya kota tempat tinggal saya ini tidak aman. Semoga suatu saat nanti,
orang-orang dapat mengenakan backpack
di bagian belakang tubuhnya dan tetap merasa aman. {ST}