Saat
mengunjungi Ubud di Bali, saya beberapa kali mendengar tentang Pita Maha. Saya
pikir itu sebuah nama tempat. Ternyata Pita Maha ini tidak hanya terkait dengan
nama tempat. Rasa penasaran saya itu terjawab saat saya menemukan buku tentang
Pita Maha. Buku yang ditulis oleh Wayan Kun Adnyana itu ternyata ditulis
berdasarkan disertasinya. Saya langsung membacanya tak lama setelah membelinya.
Pita
Maha adalah gerakan sosial dalam bidang seni di Ubud beberapa puluh tahun yang
lalu, tepatnya pada tahun 1930-an. Saat itu ada gerakan sosial para seniman
Ubud yang digerakkan oleh orang-orang yang saat itu masih muda. Mereka membuat
karya seni yang bebrbeda dengan pakem tradisional yang sudah dilakukanselama
ratusan tahun.
Dalam
buku yang saya baca itu, kebanyakan karya seninya berupa lukisan. Para pelaku
gerakan pita maha pun kebanyakan pelukis. Mereka membentuk komunitas atau
himpunan yang mengelola karya mereka untuk dipamerkan dan juga untuk
dipasarkan. Ada pula yang menganggap Pita Maha sebagai sebuah usaha perdagangan
karya seni. Namun, sebenarnya yang dimaksud dengan Pita Maha jauh lebih besar
daripada sebuah usaha dagang.
Ada
beberapa karya seni yang dibahas dalam buku ini. Dari karya-karya itu dapat
dilihat adanya gaya baru dalam seni lukis. Gaya baru itu ada yang berakar pada
seni yang sudah ada sebelumnya, ada juga yang benar-benar baru. Cara berpikir
dalam menghasilkan karya-karya itu berbeda dengan generasi sebelumnya.
Para
pelaku gerakan Pita Maha pada saat itu masih muda. Ada beberapa yang dapat
dikatakan berusia remaja. Mereka memberontak pada aturan yang sudah ada dan
kemudian menjadi gerakan baru yang terkenal. Gerakan sosial kesenian ini sempat
terhenti karena adanya perang dunia pada saat itu. Setelah itu, gerakan Pita
Maha dapat dikatakan meredup. Namun, tidak demikian dengan gejolak seni di
Bali, terutama di Ubud. Sampai saat ini
Ubud masih menjaid kota yang penuh kesenian. {ST}